TEMPO.CO, Jakarta - Struktur kepribadian merupakan salah satu konsep penting dalam psikoanalisis Sigmund Freud. Struktur kepribadian ini tersebut dianggap memiliki pengaruh yang besar terhadap keunikan dan bagaimana seseorang berperilaku.
Dalam perjalanannya, Freud menyatakan struktur kepribadian manusia itu terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga elemen tersebut satu sama lain saling berkait dan terus-menerus mengalami konflik. Kemampuan kita dalam menjaga keseimbangan di antara ketiga elemen tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Dalam artikel ini, akan dikupas tuntas perbedaan antara dua elemen kepribadian Sigmund Freud, yaitu ego dan superego. Nyatanya, memang kedua elemen ini membuat sebagian orang terkecoh. Oleh karena itu, simaklah perbedaan antara ego dan superego berikut ini.
Ego Vs Superego
Mengutip dari A History of Psychology: Ideas and Context, ego atau dalam bahasa Jerman das ich adalah "aku" dan merupakan pusat pengorganisasian dan pengintergrasian kepribadian seseorang. Fungsi ego adalah menjaga kesimbangan kepribadian dengan memperhatikan dorongan kd dan harapan superego. Ego berkembang dari id untuk menangani dunia eksternal sehingga ego memiliki pengetahuan, baik mengenai dunia dalam maupun realitas objektif. Dengan begitu, ego dapat memuaskan kebutuhan organisme dan mempertahankan hidup (reproduksi).
Dengan memperhatikan tuntutan atau prinsip realitas (reality principle), ego kemudian berusaha mencari solusi dalam mengatasi tuntutan id dan superego melalui kompromi, penundaan, ataupun subtitusi. Proses ini kemudian disebut dengan secondary process thinking. Pada proses ini, pemenuhan kebutuhan sudah mempertimbangkan realitas yang ada dan bisa diakses oleh kesadaran karena bersifat rasional. Selain itu, dalam proses ini, ego menunda kepuasan insting sampai kepuasan itu dapat dicapai tanpa mengalami konflik dengan superego dan dunia eksternal.
Di sisi lain, superego merupakan elemen kepribadian yang berisi norma-norma sosial yang sudah terinternalisasikan dalam diri seseorang. Mengutip dari Approaches to Psychology, norma tersebut diperoleh dari keluarga ataupun masyarakat. Superego berkembang dari ego untuk berperan sebagai tangan-tangan moral kepribadian dan menghambat kepuasan insting.
Superego pun menuntut ego untuk merealisasikan keinginan-keinginannya. Seperti halnya id, tuntutan superego pun kadang tidak realistis, tidak rasional bahkan tidak mungkin. Ini berbeda dengan ego yang rasional. Hal yang membedakan ego dan Superego adalah prinsip yang digunakannya. Jika ego menggunakan prinsip realitas, sedangkan superego menggunakan prinsip kesempurnaan atau morality principle.
Dengan prinsip yang dimiliki superego ini, tentunya berbeda dengan prinsip kesenangan milik id. Alhasil, Sigmund Freud menegaskan bahwa dorongan id dan superego itu selalu bertentangan. Namun, ego hadir untuk mendamaikan pertentangan tersebut.
RACHEL FARAHDIBA R
Baca: 83 Tahun Sigmund Freud Meninggal, Pemikirannya Tak Lekang Waktu
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.