TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini Singapura mengalami lonjakan kasus Covid-19 dari sub-varian baru, yakni Omicron XBB. Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, mengatakan Singapura kemungkinan akan mengalami lonjakan karena sub-varian Omicron XBB. Namun, apakah varian XBB itu? Dan apakah varian ini lebih berbahaya dari varian lainnya?
Dikutip dari laman Prevention, virus Corona sub-varian Omicron XBB telah mendapatkan banyak perhatian karena dapat menyebar lebih cepat dan tampaknya kebal akan antibodi yang telah dibangun vaksin yang disuntikkan ke setiap orang.
Menurut Thomas Russo, seorang Profesor dan Kepala Penyakit Menular di Universitas Bufallo, New York, XBB adalah salah satu “kelas baru” varian Omicron yang menyebar dengan cepat, efisien, dan kebal terhadap antibodi dari vaksin. Selain itu, obat antibodi yang dikonsumsi mungkin juga tidak terlalu efektif untuk melawan XBB.
Namun, Amesh A. Adalja, seorang sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, menjelaskan bahwa walaupun XBB merupakan sub-varian baru yang dapat menghindari perlindungan vaksin, tetapi perlindungan vaksin di dalam tubuh tidak sepenuhnya menghilang. Sehingga perlindungan dengan vaksin merupakan hal yang paling penting dalam menghadapi penyakit ini.
Berdasarkan studi yang dilakukan peneliti di China, XBB dianggap memiliki kemampuan yang mirip seperti virus SARS Covid yang menyebabkan penyakit parah pada pernapasan. Ini karena saat diuji, genetik yang tersusun pada sub-varian XBB mirip dengan varian SARS.
Dilansir dari laman Centers for Disease Control and Prevention, sejauh ini gejala dari XBB tampak mirip seperti gejala Covid-19 pada umumnya, yang meliputi:
- Demam atau kedinginan
- Batuk
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Kelelahan
- Nyeri otot atau tubuh
- Sakit kepala
- Hilangnya indera rasa atau bau
- Sakit pada tenggorokan
- Hidung tersumbat atau pilek
- Mual atau muntah
- Diare.
Menurut Kementrian Kesehatan Singapura, sub-varian ini awalnya terdeteksi pada Agustus 2022 di India dan telah terdeteksi di lebih dari 17 negara sejak saat itu, termasuk negara Australia, Bangladesh, Denmark, Jepang, Amerika Serikat, dan terakhir di Singapura.
Kementrian Kesehatan Singapura juga menyatakan bahwa XBB memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi. Mereka mencatat bahwa sub-varian ini berkontribusi pada 54 persen dari kasus Covid-19 di Singapura, yang meningkat sebanyak 22 persen pada minggu sebelumnya.
Walaupun XBB dapat menular seperti varian Covid-19 yang lain, tetapi tidak ada bukti lebih lanjut bahwa XBB dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.
MUHAMMAD SYAIFULLOH
Baca juga: Pasien Covid-19 Singapura Melonjak, Pakar: Varian XBB Mungkin Ada di Indonesia