TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai penyakit bisa muncul setelah terjadinya bencana alam akibat buruknya sanitasi, kesulitan air bersih, dan membusuknya mayat yang belum ditemukan ataupun belum dikubur. Kondisi ini jika tidak diantisipasi akan berdampak pada korban bencana yang masih hidup, bahkan terhadap tim relawan dan petugas yang membantu penanganan pascabencana di lapangan.
Melansir dari Taylor and Francis Online, beberapa penyakit yang muncul usai bencana mulai dari tsunami, gempa bumi, gunung meletus, hingga angin puting beliung memang harus diwaspadai, di antaranya kolera, diare, malaria, ISPA, demam berdarah, typhoid (tipes), hepatitis A, hingga infeksi vagina.
Dalam kondisi darurat, penyakit yang paling gampang muncul adalah campak, di mana virus tersebut mudah menular di pengungsian yang padat dan lingkungan kotor. Tak hanya itu, mengingat saat ini musim hujan, malaria juga menjadi ancaman dan penyakit ini berasal dari gigitan nyamuk.
Risiko penyakit menular dan kematian pascabencana umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi yang tidak bisa dihindari. Penyakit yang muncul biasanya bersumber dari pengungsian yang dilakukan secara besar-besaran dalam waktu singkat sehingga menyebabkan pengelompokan orang pada titik tertentu dengan kondisi apa adanya.
Kedua, rusaknya berbagai fasilitas kesehatan, baik rumah sakit maupun puskesmas, serta terbatasnya persediaan obat dan logistik kesehatan serta personil di lapangan, membatasi layanan kesehatan bagi korban bencana sehingga menurunnya daya tahan tubuh meningkatkan kemampuan kuman menularkan penyakit dalam lingkungan yang buruk. Berikut, beberapa penyakit yang rawan menjangkiti para korban bencana alam.
Baca Juga:
Kolera
Minuman dan makanan yang terkontaminasi bakteri vibrio cholerae dapat menjadi faktor timbulnya kolera. Gejala penyakit ini hampir mirip diare. Bedanya, pada kolera disertai muntah-muntah.
Diare
Lingkungan yang tidak langsung dibersihkan pascabanjir dan kontaminasi bakteri yang terbawa oleh banjir pada makanan dapat menjadi penyebab diare. Gejala diare pun bisa bervariasi, mulai dari sakit perut hingga kram perut hebat yang disertai intensitas buang air besar yang cukup tinggi dengan disertai keluarnya lendir dan darah.
Malaria
Nyamuk berkembang biak di air yang menggenang. Saat itulah nyamuk penyebab malaria mendapat celah. Malaria disebabkan oleh parasit jenis plasmodium. Parasit itu masuk ke dalam aliran darah melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Gejala penyakit ini adalah demam tinggi yang disertai rasa lemas. Parasit yang masuk ke dalam tubuh penderita akan mengganggu pasokan darah ke organ vital.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Penyakit lain yang juga mengintai usai banjir adalah ISPA, yang menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Gejala umumnya mirip flu, yaitu batuk dan demam yang disertai sesak napas. Penularan ISPA terbilang cukup mudah karena dapat ditularkan melalui air liur, darah, dan udara.
Demam berdarah
Sama seperti malaria, penyakit ini juga disebabkan oleh virus yang dibawa oleh gigitan nyamuk, yaitu Aedes Aegypti. Gejala awal yang timbul adalah demam yang disertai ruam pada kulit disertai nyeri otot, sakit kepala yang parah, dan nyeri di belakang mata.
Tipes
Demam tifoid merupakan infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri salmonella dalam kotoran hewan, yang menginfeksi melalui air dan makanan yang telah terkontaminasi. Penyakit ini biasanya ditandai beberapa gejala, seperti sakit kepala, mual, demam, diare, dan hilangnya nafsu makan.
Hepatitis A
Penyakit ini terjadi akibat pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi yang buruk dan rendah. Orang yang terjangkit virus hepatitis A bersifat akut, tidak memberikan ciri khas karena biasanya berupa demam, sakit kepala, mual, dan muntah, bahkan dapat menyebabkan pembengkakan hati, di mana hepatitis A menyerang balita, anak-anak, dan orang dewasa.