TEMPO.CO, Jakarta - Stunting bukan hanya akibat kekurangan asupan gizi kronis tapi juga pengaruh lingkungan yang harus sehat, bersih, dan dapat mengakses sumber sanitasi serta air bersih. Duta Gizi Indonesia, dr. Reisa Broto Asmoro, menyatakan stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis pada anak yang sebetulnya tidak perlu ditakuti dan bisa dicegah.
“Kalau berbicara tentang stunting sendiri, sebenarnya ini adalah sesuatu yang bisa dicegah kalau memang dari awal kita berusaha persiapkan dengan baik,” katanya dalam Siaran Sehat, Senin, 23 Januari 2023.
Dia menuturkan semua anak punya faktor tumbuh kembang diri masing-masing yang sesuai dengan faktor genetik atau keturunan. Hanya saja, pada stunting pengaruhnya justru ditentukan dari berbagai aspek sehingga menjadi kompleks dan panjang.
“Jadi bukan hanya patokan tinggi atau berat badannya saja. Kalau tinggi di stunting itu tadi berkaitan dengan tumbuh kembang. Bukan hanya tingginya yang kurang, tapi perkembangan lain pada anak bisa jadi kurang juga,” jelasnya.
Menurutnya, pencegahan stunting melalui lingkungan yang bersih pun tidak bisa terlepas dari peran orang tua dalam mempersiapkan kondisi kesehatan calon ibu dan kehamilan yang baik. Reisa menekankan persiapan ibu dalam merencanakan kehamilan sudah harus dimulai sejak usia remaja. Diharapkan para remaja putri tidak mengalami anemia yang berisiko mempengaruhi tumbuh kembang janinnya saat dalam kandungan nanti sehingga pencegahan dapat disiasati dengan rutin meminum tablet tambah darah (TTD).
Asupan gizi seimbang dan mengandung protein hewani juga harus dibiasakan. Selama masa kehamilan pun ibu bisa menyeimbangkan asupan gizi dengan vitamin. Di sisi lain, pemeriksaan kehamilan harus rutin dilakukan, minimal enam kali, supaya tumbuh kembang janin dapat terpantau dan dapat segera diatasi jika ada suatu anomali selama ibu memasuki masa kehamilan.
Perhatikan pola makan
Reisa juga menyarankan ketika ibu sudah memasuki masa menyusui, tetap memperhatikan pola makan dan berolahraga. Sedangkan pada anak, orang tua benar-benar harus memperhatikan semua tumbuh kembang anak, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yang menjadi waktu emas bagi seorang anak.
“Jadi, penting sekali agar kita semua merencanakan dengan baik pertumbuhan anak mulai dari awal. Dari ibu bahkan saat hamil, sebelum hamil,” ujar Duta Adaptasi Kebiasaan Baru itu.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Gizi dan KIA Kemenkes, Ni Made Diah Permata Laksmi, mengatakan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-63 pada 25 Januari bertema “Protein Hewani Cegah Stunting” untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap bahaya stunting. Tema tersebut menjadi panggilan bagi semua pihak karena asupan protein hewani di Indonesia masih rendah. Bahkan, konsumsi protein hewani di Indonesia, seperti daging dan ikan, termasuk yang terendah jika melihat data dunia Badan Pangan Dunia (FAO) PBB.
“Padahal penelitian menunjukkan terdapat bukti stunting itu berhubungan kuat dengan konsumsi dari protein hewani. Jadi, menunjukkan kalau protein hewani yang berasal dari produk susu, telur, daging, ikan berkorelasi mencegah stunting,” katanya.
Baca juga: Protein Hewani Sering Terlupakan dalam Pemenuhan Gizi Anak