TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan kardiologi pediatrik Aditya Agita Sembiring menjelaskan gaya hidup yang tidak sehat membuat anak muda bisa terkena penyakit jantung.
"Untuk bisa sakit jantung itu enggak mudah, eggak serta merta. Kita ambil contoh yang paling populer itu sakit jantung koroner. Biasanya terjadi pada kakek-kakek usia 70 tahun. Sekarang 30 tahunan bisa sudah serangan jantung," jelas anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiologi Indonesia (PERKI) itu. "Kenapa? Satu karena lifestyle. Serangan jantung enggak bisa tiba-tiba sehat terus kena serangan jantung. Itu enggak mungkin, harus ada faktor risikonya."
Aditya juga menyampaikan lima faktor risiko penyakit jantung, yakni diabetes, hipertensi, kolesterol, riwayat keluarga, dan merokok. Salah satu faktor risiko yang menyebabkan anak-anak muda sudah mengalami penyakit jantung adalah gaya hidup yang mulai merokok sejak usia sekolah.
"Sekarang anak-anak SMP sudah merokok. Anak SMA sudah merokok. Mereka juga enggak mikir, merokoknya sampai dua bungkus, tiga bungkus. Bayangin coba. Jadi, lifestyle ini yang menjadikan kenapa yang muda sudah terkena jantung," paparnya.
Terbantu teknologi
Selain itu, kini teknologi di dunia kesehatan pun sudah semakin canggih. Oleh sebab itu, ia mengatakan lebih mudah untuk mendeteksi generasi muda yang mengalami penyakit jantung. Sebenarnya, sejak dulu pun sudah terdapat beberapa kasus anak muda meninggal karena serangan jantung.
"Zaman dulu deteksi serangan jantung belum secanggih sekarang. Zaman dulu kalau ada anak muda sakit terus meninggal tiba-tiba dibilangnya angin duduk, kesambet, dan lain-lain. Sekarang teknologi semakin canggih, apalagi di bidang kardiovaskular. Deteksinya semakin oke," terangnya.
Ia pun mengimbau masyarakat, terutama generasi muda, mengubah gaya hidup. Dia menyarankan agar menghindari rokok dan mulai menerapkan pola makan serta hidup yang sehat.
Pilihan Editor: Ibu Hamil Punya Penyakit Jantung, Risiko Bayi Stunting