TEMPO.CO, Jakarta - Migrain tak hanya berarti sakit kepala di salah satu sisi kepala. Ada pula migrain tanpa disertai sakit kepala yang disebut silent migraine. Pendiri dan direktur medis Integrative Headache Medicine New York, Laura R. Natbony, kepada Livestrong.com mengatakan silent migraine merupakan migrain aura tanpa sakit kepala.
"Artinya, ada perubahan penglihatan, sensorik, bicara, dan/atau motorik yang tidak disertai nyeri kepala," kata Natbony.
Secara umum, migrain dibagi menjadi empat fase, yaitu prodrome (peringatan), aura, sakit kepala, dan postdrome atau pascasakit kepala. Namun, penderita silent migraine tidak mengalami fase sakit kepala dan mungkin juga tidak mengalami postdrome.
Seperti semua migrain, penyebab pasti dari silent migraine belum dapat dipahami sepenuhnya. Namun, beberapa penelitian menunjukkan kondisi tersebut mungkin disebabkan gelombang listrik, yaitu tembakan neuron yang bergerak melintasi korteks visual di otak sehingga membawa perubahan visual, menurut National Library of Medicine (NLM). Natbony pun mengatakan pemicu silent migraine termasuk tekanan, perubahan cuaca, perubahan hormon, pergeseran rutinitas harian, cahaya terang, makanan atau obat-obatan tertentu, dan gangguan tidur.
"Diperkirakan pemicu tersebut memicu reaksi berantai di otak yang mengarah pada pelepasan zat inflamasi, yang dapat menyebabkan sel saraf menjadi terlalu aktif. Ini bisa menyebabkan migrain aura tanpa sakit kepala," jelas Natbony.
Mengenai gejala, Kepala Divisi Sakit Kepala di Sekolah Kedokteran Miller Universitas Miami, Teshamae Monteith, mengatakan gejala silent migraine yang paling jelas adalah aura.
"Paling sering adalah seperti melihat kilatan cahaya, bintik-bintik, pola, atau kehilangan penglihatan," ujar Monteith.
Gejala lain di antaranya gangguan bicara atau bahasa, lemah, mati rasa, vertigo, ketidakseimbangan, dan gejala lain yang sama seperti migrain biasa, seperti mual, pusing, dan sensitif terhadap cahaya. Menurut Pusat Otak, durasi silent migraine tergantung pada yang mengalami. Bagi sebagian orang, silent migraine bisa terjadi hanya beberapa jam sedangkan bagi yang lain bisa selama berhari-hari.
Cara mengatasi
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh yang mengalami silent migraine, tergantung pada faktor-faktor tertentu, seperti frekuensi dan tingkat keparahan. Meskipun tidak banyak obat yang secara khusus diuji untuk jenis silent migraine, beberapa penelitian menunjukkan suplemen tertentu seperti magnesium efektif mengobati silent migraine, menurut tinjauan Nutrients pada Maret 2022.
Adapun, dosis harian yang disarankan oleh Yayasan Migrain Amerika adalah 400-600 miligram per hari dan bentuk yang direkomendasikan adalah magnesium oksida. Kemudian, jika sering mengalami migrain, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mencegah migrain sejak awal.
"Obat-obatan tersebut termasuk lamotrigin, sejenis obat antikejang yang bekerja mengurangi rangsangan neuron di otak yang dapat membantu mencegah penyebaran aktivitas listrik yang mendasari migrain aura," papar Natbony.
Ia juga mengatakan perubahan gaya hidup seperti cukup tidur, mengurangi stres, berolahraga teratur, dan menghindari pemicu migrain dapat membantu mencegah serangan. Jika gejala memburuk, Natbony menganjurkan untuk ke dokter agar mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Pilihan Editor: Risiko Komplikasi Mengintai Wanita Hamil Penderita Migrain
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.