TEMPO.CO, Jakarta - Kesehatan otak perlu dijaga sejak bayi hingga lansia. Psikolog dari Universitas Gajah Mada (UGM), Novi Poespita Chandra, mengatakan keseimbangan stimulasi aktivitas dan permainan pada keempat elemen perkembangan, yaitu fisik, kognisi, emosi dan sosial, bermanfaat untuk menjaga kesehatan otak.
“Jadi, kalau ditanya permainan atau kegiatan apa yang bisa bagus untuk otak berarti adalah semua permainan dan aktivitas yang bisa menstimulasi empat area itu, area fisik, area kognisi, area emosi, dan area sosial,” jelas Novi.
Pada area fisik, stimulasi atau aktivitas yang bisa diberikan untuk menjaga kesehatan otak adalah yang berhubungan dengan kekuatan tubuh, baik rangka maupun tubuh dalam, yaitu olahraga. Buat lansia, olahraga fisik perlu ditingkatkan agar otak bisa menstimulasi kekuatan otot yang sudah mulai melemah.
Novi mengatakan berdasarkan penelitian, 30 menit beraktivitas bisa menambah kapasitas otak karena oksigen menstimulasi sinapsis baru yang merangsang pertemuan elektrik listrik di otak. Kekurangan aktivitas membuat kapasitas otak semakin melemah, yang sering terjadi pada lansia.
Tingkatkan area kognitif
Area kognitif juga perlu ditingkatkan dan selalu dijalankan agar kemampuan otak tidak berkurang. Area itu bisa distimulasi dengan kegiatan yang memerlukan proses berpikir seperti bermain tebak-tebakan, mengisi teka teki silang, atau permainan tradisional yang berpikir.
“Kognitif itu harus selalu dijalankan dan bahkan kalau kita pakai analogi kayak olahraga, stimulannya harus ditambah. Misalnya sekarang baca buku, satu buku satu bulan. Harusnya, bertambah usia bisa satu bulan lima buku karena kapasitasnya harus dinaikkan,” paparnya.
Demikian pula dengan area sosial yang melibatkan emosi serta melatih kepekaan dan empati, dapat menstimulasi otak untuk terus berkembang. Permainan tradisional yang melibatkan banyak interaksi dan aturan dapat dilakukan, bahkan hingga lansia. Pada lansia, kesehatan otak perlu dijaga dengan sosialisasi dan memperluas interaksi.
Penulis buku Sekolah Nir Kekerasan itu mengatakan selain kekurangan kegiatan, makan makanan tidak sehat juga bisa menyebabkan penurunan fungsi otak. Makanan dengan banyak gula, tepung, dan makanan diproses selain berbahaya untuk kesehatan fisik dan organ-organ, juga berbahaya untuk otak karena bisa merusak sistem saraf.
Novi menyarankan untuk mengonsumsi makanan dari alam seperti buah kaya antioksidan dan sayur untuk memacu hormon antipenuaan pada otak, cukup minum air, dan makan makanan yang mengandung vitamin B1 dan B2. Perkembangan otak anak perlu distimulasi sedini mungkin dengan peran pengasuhan orang tua yang baik.
Dalam teori psikologi kognitif Piaget maupun teori Vygotsky, anak harus distimulasi dengan tepat sesuai perkembangan usia dengan paparan komunikasi serta kultur dari berbagai bidang. Dia juga menyinggung kemampuan literasi anak Indonesia yang masih lemah karena stimulasi yang diberikan di sekolah atau rumah tidak tepat.
“Kita enggak lakukan itu di pendidikan sekolah maupun di rumah. Anak-anak jarang ngomong karena dia main gadget. Maka, kapasitas otak dia untuk berpikir menyelesaikan persoalan-persoalan, termasuk berkomunikasi itu lemah,” kata Novi.
Peran orang tua dinilai sangat penting dalam perkembangan otak anak sejak kecil dengan cara memperbanyak komunikasi dan interaksi dua arah serta mengurangi paparan gawai agar otak berkembang dengan baik sesuai usia.
Pilihan Editor: Kesalahan Orang Tua yang Tak Baik buat Otak Anak