TEMPO.CO, Jakarta - Banyak kondisi yang menyebabkan susah tidur atau insomnia. Salah satunya susah tidur di tempat yang baru. Misalnya, setelah perjalanan panjang dan tiba di hotel atau penginapan, tapi tak bisa tidur nyenyak. Keesokan tubuh masih terasa sama lelahnya atau tak terasa segar.
Susah tidur di tempat baru
Dikutip dari Travel and Leisure, Masako Tamaki ahli psikologi dan ilmu kognitif menjelaskan kondisi susah tidur di tempat baru itu efek malam pertama. Pada 2016, tulisannya diterbitkan dalam jurnal Current Biology menjelaskan soal tidak bisa tidur nyenyak di tempat baru.
Tamaki mempelajari efek itu menggunakan kombinasi tiga pemindaian otak yang berbeda termasuk MRI. Hasilnya, tim peneliti menemukan orang yang tidur di tempat baru, kedua sisi otak memiliki tingkat aktivitas yang berlainan. Satu sisi otak tetap aktif yang menyebabkan susah tidur sebagai efek malam pertama.
Dikutip dari Independent, efek malam pertama dari satu sisi otak yang lebih waspada daripada belahan lain. Itu sebagai upaya terjaga untuk memantau lingkungan yang tidak dikenal selama tidur. Sisi otak yang lebih aktif itu selalu berada di sebelah kiri. Belum ada kesimpulan dari peneliti soal itu. Biasanya sisi aktif itu juga responsif terhadap kebisingan.
“Di tempat baru, orang-orang memantau lingkungan cenderung terbangun dengan suara yang tidak biasa," kata Tamaki. Efek ini mirip seperti binatang yang perlu melindungi diri saat berada di lingkungan yang baru, menurut Tamaki menambahkan.
Menurut ahli neurosains Yuka Sasaki, manusia sama seperti binatang yang juga memiliki dorongan waspada bagian dari bertahan hidup. Misalnya, burung yang tidur dalam gelombang lambat unihemispheric, ketika separuh otak beristirahat bagian lainnya tetap waspada
Meskipun kamar hotel bukan tempat yang berbahaya, otak merespons tempat itu sebagai ruang yang tidak diketahui. Itu yang terkadang menyebabkan susah terlelap, walaupun tetap bisa tidur.
Pilihan Editor: 5 Aktivitas Memudahkan Proses Tidur Nyenyak