TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan suasana hati dan kecemasan perinatal atau perinatal mood and anxiety disorders (PMAD) memengaruhi 1 dari 5 perempuan selama kehamilan dan setelah melahirkan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa depresi perinatal dan kecemasan atau baby blues juga memengaruhi 1 dari 10 ayah.
Penelitian menunjukkan bahwa selama periode perinatal dari kehamilan sampai satu tahun setelah melahirkan sebanyak lebih dari 10 persen ayah mengalami depresi dan kecemasan. Sebuah studi 2014 yang diterbitkan di Pediatrics menemukan bahwa depresi ayah baru meningkat sebesar 68 persen selama lima tahun pertama menjadi ayah. Pada saat anak mereka berusia 12 tahun, sebanyak lebih dari satu per lima ayah telah mengalami depresi.
Baby blues yang dialami oleh ayah baru kemungkinan besar akan dimulai dalam tiga bulan sampai enam bulan setelah kelahiran bayi. Namun, seorang ayah dapat mengalami baby blues lebih lama atau lebih cepat sesuai masing-masing tingkat kecemasan dan cara menangani. Sama seperti ibu baru, ayah juga membutuhkan dukungan, dorongan, kepastian, dan tempat yang aman untuk menyampaikan kekhawatiran, sebagaimana tertulis dalam babycentre.co.uk.
Ayah baru harus menyesuaikan diri dengan perubahan besar dalam hidup dengan kedatangan bayi. Namun, baby blues yang dialami oleh ayah baru terlihat berbeda daripada baby blues ibu. Ayah lebih cenderung menghindari ekspresi emosional, menyangkal kerentanan, dan memilih tidak mencari bantuan. Sebab, sebagai seorang pria, mereka menerima stereotipe bahwa pria harus menghadapi segala tantangan tanpa menangis. Padahal, pria juga diperbolehkan untuk menangis.
Terdapat beberapa tanda bahaya seorang ayah mengalami baby blues sebagai berikut, yaitu:
- Mulai bekerja lebih lama untuk menjauhkan diri dari keluarga
- Suasana hati rendah, cepat marah atau mudah tersinggung, dan menghasut banyak orang
- Terlibat dalam perilaku berisiko, misalnya menyalahgunakan alkohol atau narkoba dan perjudian
- Kehilangan minat dalam seks atau aktivitas yang pernah dinikmati
- Gangguan tidur, misalnya kesulitan tidur atau lebih sering tidur
- Sesak napas dan jantung berdebar
- Serangan panik
Berdasarkan eehealth.org, seorang ayah mengalami baby blues terjadi karena memiliki riwayat pribadi atau keluarga yang juga memiliki depresi atau kecemasan, kurang tidur dan hormon berfluktuasi. Studi menunjukkan bahwa hormon pria bergeser selama kehamilan istrinya dan setelah melahirkan. Akibatnya, hormon testosteron yang lebih rendah dapat membuat pria lebih rentan terhadap depresi.
Selain itu, rasa takut menjadi ayah juga menjadi alasan baby blues dialami oleh sang ayah. Biasanya, ketakutan ini dipicu oleh kekhawatiran tentang tanggung jawab baru sebagai seorang ayah dari sebuah keluarga dan kebebasan yang pernah dirasakan sebelumnya juga akan terkikis.
Baby blues yang dialami oleh ayah juga dapat terjadi karena diselimuti kecemasan tentang peran baru. Banyak pikiran yang menyelimuti ayah baru tentang perannya apakah dapat menjadi ayah baik atau tidak.
Ayah yang mengalami baby blues juga terjadi karena adanya rasa khawatir terhadap uang. Ayah mungkin merasa stres tentang kondisi finansial dan tentang mengelola pendapatannya karena anggota keluarga bertambah. Masalah kesehatan mental ayah yang mengalami baby blues dapat memengaruhi seluruh keluarga dan perlu ditangani secara serius.
Pilihan Editor: Siapa Bilang Baby Blues Hanya Dirasakan Perempuan Usai Melahirkan?