TEMPO.CO, Jakarta - Menulis jurnal ternyata bisa menjadi salah satu media kesehatan terbaik dengan manfaat mulai dari meredakan stres hingga membantu penemuan diri. Journaling merupakan kesadaran yang bergerak, menyoroti hal-hal tak ternilai dalam hidup yang mungkin tidak selalu orang sadari.
Untuk lebih jelasnya, berikut enam manfaat menulis jurnal, seperti dilansir Healthline.
Redakan stres
“Menulis jurnal bisa menjadi pelepas tekanan yang besar saat kita merasa kewalahan atau sedang mengalami banyak hal internal,” kata pendiri Mending Trauma, Amy Hoyt.
Beberapa penelitian membuktikan hal ini. Pasien, keluarga, dan praktisi kesehatan dari rumah sakit anak melaporkan penurunan tingkat stres setelah menyelesaikan latihan menulis jurnal. Penelitian tersebut meminta mereka untuk menulis tiga hal yang disyukuri, kisah hidup dalam enam kata, dan tiga keinginan. Dalam studi tindak lanjut 12-18 bulan kemudian, 85 persen peserta melaporkan latihan menulis sangat membantu dan 59 persen terus melakukan journaling untuk mengatasi stres.
Tingkatkan kesehatan dan kesejahteraan
Tinjauan penelitian pada 2018 menunjukkan menulis tentang pikiran dan perasaan terdalam dapat berkontribusi pada suasana hati yang membaik, kesejahteraan yang lebih besar, hingga lebih sedikit kunjungan dokter terkait stres dan darah rendah. Selain itu, penelitian terhadap 70 orang dewasa dengan kondisi medis dan kecemasan menemukan menulis tentang pengalaman positif seperti rasa syukur selama 12 minggu dikaitkan dengan berkurangnya kesulitan dan peningkatan kesehatan mental.
Dalam studi yang sama, setelah sebulan peserta melaporkan lebih sedikit gejala depresi dan kecemasan. Setelah bulan pertama dan kedua, peserta melaporkan ketahanan yang lebih besar.
Membuang pikiran negatif
Ketika pikiran negatif atau rasa cemas muncul akan mudah untuk terjebak dalam pikiran yang kusut. Menuliskan pemikiran dapat menciptakan ruang dan jarak untuk melihat permasalahan dengan cara yang lebih objektif. Psikolog klinis di New York, Amerika Serikat, Sabrina Romanoff, mengatakan jarak tersebut secara formal disebut defusi kognitif, sebuah konsep yang membantu terapi penerimaan dan komitmen.
“Anda dapat menggunakan jurnal untuk melihat pikiran terpisah dari diri," katanya.
Cara memproses emosi
Banyak yang menjalani hari-hari dengan tidak memperhatikan emosi atau secara aktif memendamnya. Emosi memiliki cara untuk tetap muncul ke permukaan dan mempengaruhi tindakan seseorang dengan atau tanpa disadari. Membuat jurnal memberi kesempatan untuk memproses emosi di tempat yang aman dan terkendali, mengetahui emosi spesifik yang dialami, menerimanya, bahkan dapat mengurangi kekuatannya. Dengan begitu, emosi yang sulit berkurang dan lebih mudah dikelola.
Antisipasi langkah selanjutnya
Menuliskan pemikiran dan perasaan tentang sebuah situasi adalah langkah pertama untuk mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya. Setelah sedikit tenang usai menulis, orang akan tahu mungkin kemarahannya adalah tanda dia perlu menetapkan batasan dengan seseorang atau kesedihan yang dirasakan mendorong untuk menjangkau dan memperkuat koneksi dengan teman atau keluarga. Menulis jurnal dapat memberi gambaran yang jelas tentang apa yang sebenarnya kita inginkan atau butuhkan sehingga segala perasaan dan pikiran negatif tidak hanya berkecamuk di kepala.
Memperdalam penemuan diri
Bagai teka-teki, orang dapat menemukan bagian atau pola yang berbeda pada diri setiap hari. Menulis jurnal memberikan jeda yang sangat dibutuhkan untuk membantu terhubung kembali dengan diri sendiri dan menemukan kembali siapa kita. Saat menulis, kita mempelajari preferensi, poin rasa sakit, ketakutan, kesukaan, hingga impian. Menulis jurnal membantu untuk mendengarkan, menjadi saksi atas perubahan diri, dan mengenal diri jauh lebih baik.
Pilihan Editor: 10 Langkah Mencegah Depresi Menurut Psikolog