TEMPO.CO, Jakarta - Stres muncul karena tekanan atau situasi yang baru. Stres berkepanjangan bisa berakibat penyakit serius dan masalah kesehatan mental lainnya. Dikutip dari White Swan Foundation, stres istilah yang sangat luas artinya dalam tingkatan psikologis. Kondisi itu menyebabkan kecemasan, kurangnya kendali, frustrasi, masalah cara merespons atau bereaksi.
Dalam menghadapi stres, setiap individu menunjukkan reaksi yang berbeda-beda. Sebuah penelitian berjudul “The Stressful Personality: A Meta-Analytical Review of the Relation Between Personality and Stress” menemukan bahwa orang dengan tingkat beberapa personalitas yang tinggi lebih sedikit mengalami stres, bahkan ketika mengalami pengalaman stres yang objektif.
Tim peneliti meneliti hubungan antara kepribadian dan stres menggabungkan hasil dari 250 penelitian untuk menemukan hasil yang paling konsisten. Personalitas apa saja itu? berikut deretannya seperti dikutip dari Psychology Today, Rabu lalu.
Ekstraversi
Orang yang mendapat skor lebih tinggi dalam ekstraversi cenderung menganggap interaksi sosial sangat bermanfaat dan berpartisipasi dalam lebih banyak aktivitas sosial. Penulis penelitian menemukan bahwa individu ekstrover mempunyai lebih banyak dukungan sosial yang dapat meredam stres.
Para peneliti juga mencatat bahwa kelompok orang ini lebih cenderung fokus pada aspek positif dari stres. Misalnya, seseorang yang akan pindah mungkin lebih fokus mencermati restoran dan toko bagus di lingkungan barunya daripada kesulitan yang timbul dalam perpindahan tersebut.
Stabilitas emosi
Mereka yang cenderung memiliki tingkat emosi negatif yang lebih rendah mengalami lebih sedikit stres. Sebaliknya, mereka yang memiliki "neurotisme" yang lebih tinggi lebih cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi.
Para peneliti menyebut bahwa tingkat stres yang lebih rendah dapat berasal dari persepsi dan pengalaman objektif. Mereka yang memiliki stabilitas emosi yang tinggi menganggap situasi tidak terlalu membuat stres dan kecil kemungkinannya untuk berakhir dalam situasi yang membuat stres. Ada juga bukti bahwa sistem saraf simpatik menjadi kurang reaktif di antara mereka yang memiliki stabilitas emosi tinggi.
Teliti
Orang yang sangat teliti cenderung memiliki rencana masa depan yang lebih jelas. Hal ini dapat meminimalkan stres dengan mencegah timbulnya situasi pemicunya. Mereka cenderung menghindari pengambilan risiko dan juga menjaga kesehatan, sehingga terhindar dari stres.
Terbuka
Individu yang memiliki tingkat keterbukaan yang tinggi cenderung memiliki rasa ingin tahu dan kreatif terhadap berbagai pengalaman. Mereka juga melihat situasi yang kurang menimbulkan stres dibandingkan dengan mereka yang tingkat keterbukaannya lebih rendah. Sistem saraf orang pada kelompok ini juga dapat menjadi kurang reaktif terhadap stres.
Ramah
Individu yang ramah dan menyenangkan lebih mudah bergaul sehingga meminimalkan tekanan antarpribadi dan menciptakan peluang untuk hubungan sosial yang kuat. Hasilnya, mereka mengalami lebih sedikit pengalaman stres dan memiliki lebih banyak dukungan ketika mereka menghadapi pemicu stres.
Pilihan editor: Perfeksionis Menimbulkan Dampak Negatif, Kenapa?