TEMPO.CO, Jakarta - Stroke dipercaya bisa menyerang kapan saja tanpa peringatan awal atau tanda-tanda. Padahal, tanda awal mungkin sudah muncul seminggu sebelumnya.
Penelitian yang dimuat di jurnal American Academy of Neurology menyebut 43 persen pasien stroke mengalami gejala mini stroke seminggu sebelum stroke besar menyerang. Mini stroke atau disebut juga serangan iskemik transien disebabkan tersumbatnya aliran darah ke otak seperti juga stroke besar. Bedanya, kasus pada mini stroke lebih jarang terjadi.
Baca juga:
Kabar baiknya, aliran darah bisa kembai normal pada serangan mini stroke. Berdasar data dari 2.416 orang, peneliti menemukan mini stroke dialami 549 orang sebelum stroke menyerang. Salah satu gejala mini stroke yang kemudian bisa terjadi saat serangan stroke adalah sakit kepala tiba-tiba.
"Sakit kepala terkait stroke berbeda dari yang biasa karena terjadi tiba-tiba. Sakitnya hebat dan terjadi di area otak yang terpengaruh," jelas Peter Byrom, pakar kesehatan dan pemilik Peter Byrom Audiology, kepada Express.co.uk.
"Karena kemiripannya dengan gejala yang menyertai, seperti mual, vertigo, gangguan penglihatan, disorientasi, sakit kepala terkait stroke kadang bisa dikira migrain. Perbedaan utamanya adalah sakit kepala terkait stroke adalah menyebabkan kehilangan sensasi sementara migrain meningkatkan sensasi," tambahnya.
Perhatikan gejala stroke berikut
Karena itu, pasien diminta untuk segera mencari pertolongan medis bila merasakan sakit kepala terkait stroke. Gejala mini stroke lain yang perlu diwaspadai adalah:
-Mati rasa atau kelemahan tiba-tiba di wajah, lengan, kaki, terutama di satu sisi tubuh.
-Mendadak bingung atau sulit memahami sekitar.
-Tiba-tiba sulit bicara.
-Tiba-tiba ada masalah penglihatan di satu atau kedua mata.
-Mendadak pusing, kehilangan keseimbangan dan kordinasi, atau sulit berjalan.
-Sakit kepala parah yang mendadak dan tanpa sebab.
Pilihan Editor: Ciri Kesemutan yang Jadi Gejala Stroke