TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis telinga hidung tenggorokan bedah kepala dan leher Ika Dewi Mayangsari menjelaskan tiga fakta amandel. Salah satunya hubungan infeksi amandel berulang dan meningkatnya risiko tumor amandel. Dia mengatakan tidak ada hubungan langsung atau sebab dan akibat antara infeksi berulang dan kejadian tumor amandel.
"Tidak selalu yang bolak-balik terjadi radang pada amandel, tidak harus menjadi kanker atau keganasan ke depannya," kata anggota Perhimpunan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) itu.
Tetapi, sebaiknya orang perlu mengetahui faktor risiko yang bisa menyebabkan kanker orofaring atau amandel, yakni infeksi human papillomavirus (HPV) dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minum minuman beralkohol.
"Faktor yang menyebabkan munculnya kanker yang disebabkan terjadinya perubahan sel pada amandel," ujarnya.
Bukan keturunan
Fakta lain mengenai amandel yakni naiknya asam lambung atau refluks asam lambung yang merupakan salah satu faktor iritasi pada daerah tenggorokan, termasuk amandel atau tonsil.
"Kalau sering terjadi asam yang berulang kali kontak dengan mukosa atau lapisan tenggorok, termasuk amandel tentu hal ini bisa menyebabkan terjadinya suatu peradangan," jelasnya.
Tetapi, peradangan ini berbeda dengan yang disebabkan infeksi virus atau bakteri sehingga tatalaksana akan berbeda. Fakta terakhir yang dia ungkapkan yakni radang amandel bukan kondisi yang diturunkan orang tua ke anak.
"Bukan suatu penyakit yang bersifat keturunan. Radang amandel itu suatu proses yang disebabkan infeksi amandel yang berulang. Kalau infeksi amandel sangat bergantung pada daya tahan tubuh, infeksi suatu penyakit yang tidak diturunkan," jelas Ika.
Pilihan Editor: Serupa Tapi Tak Sama, Berikut Perbedaan Radang Tenggorokan dan Radang Amandel