TEMPO.CO, Jakarta - Waktu makan “tradisional” sering kali terabaikan sehingga dapat mengakibatkan kebiasaan makan yang tidak stabil. Namun, tahukah bahwa mengelola waktu makan sama pentingnya dengan rasa kenyang?
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di Nature Communications menunjukkan bagaimana waktu makan dapat berdampak besar pada kesehatan jantung. Berikut adalah temuan utama penelitian yang sebaiknya diketahui.
Koneksi sirkadian
Tubuh mengikuti siklus sirkadian, yakni ritme fisiologis 24 jam. Inti dari hal ini adalah siklus puasa atau makan yang mempengaruhi jam perifer di berbagai jaringan. Ini mengatur fungsi jantung dan pembuluh darah.
Studi ini mengeksplorasi hubungan antara perubahan waktu makan dan puasa dengan kasus penyakit kardiovaskular (CVD) karena menjadi penyebab utama penyakit dan kematian global. Pola makan yang salah memberikan kontribusi yang signifikan.
Sarapan dan makan larut malam
Penelitian menyoroti pentingnya sarapan untuk menjaga metabolisme normal dan kesehatan jantung. Makan larut malam dikaitkan dengan arteriosklerosis, obesitas, profil lipid abnormal, dan sindrom metabolik pada wanita.
Studi ini mencari kejelasan dalam mengidentifikasi waktu makan dan dampaknya terhadap hasil kardiovaskular. Metode potensial untuk meningkatkan kesehatan kardiometabolik adalah Time-Restricted Eating (TRE).
Memperpanjang puasa malam hari hingga lebih dari 12 jam telah menunjukkan penurunan berat badan, tekanan darah, dan peradangan pada manusia. Studi ini meneliti bagaimana durasi puasa malam hari secara langsung mempengaruhi risiko CVD.
Dengan menggunakan data dari penelitian NutriNet-Sante yang melibatkan lebih dari 100 ribu orang dewasa, penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang terkait dengan waktu makan. Individu yang lebih muda, perokok, dan mereka yang waktu makannya lebih lambat menunjukkan risiko CVD yang lebih tinggi.
Penelitian ini berlangsung selama tujuh tahun dan mengungkapkan korelasi antara terlambat makan pertama dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Studi ini menggarisbawahi pentingnya waktu makan, dan menunjukkan bahwa semakin larut waktu makan, semakin tinggi risiko CVD.
Khususnya, makan setelah jam 9 malam meningkatkan risiko sebesar 13 persen. Risiko penyakit serebrovaskular atau stroke meningkat sebesar 8 persen setiap kali penundaan makan terakhir, dan mencapai puncaknya sebesar 28 persen setelah jam 9 malam. Peningkatan puasa malam hari dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit serebrovaskular sebesar 7 persen.
Implikasinya terhadap kesehatan kardiometabolik
Kesehatan kardiometabolik tumbuh subur dalam TRE lebih awal. Ini didukung oleh temuan sebelumnya yang menghubungkan sarapan lebih awal dan puasa semalaman yang lebih lama dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah.
Makan lebih awal meningkatkan metabolisme makanan sehingga membantu menyelaraskan dengan ritme sirkadian perifer yang mengatur tekanan darah.
Pilihan Editor: Jarak Ideal antara Waktu Makan dari Pagi hingga Malam