TEMPO.CO, Jakarta - Body Shaming atau komentar negatif terhadap tubuh seseorang semakin marak terjadi di masyarakat. Sosial media saat ini juga merupakan penyumbang terjadinya komentar negatif terhadap tubuh karena dalam sosial media tidak ada larangan untuk mengungkapkan hal negatif ataupun positif.
Body Shaming dapat dialami oleh siapa saja, perempuan atau laki-laki, muda atau tua, kaya atau miskin, karena kita tidak dapat mengontrol apa yang ingin diucapkan orang lain. Dilansir dari Zap Clinic dalam Zap Beauty Index 2022, justru lebih banyak perempuan yang mengalami body shaming.
Sebanyak 40,7 persen perempuan di Indonesia pernah mendapatkan komentar negatif terhadap tubuhnya. Komentar negatif terbanyak berkaitan dengan berat badan yang terlalu berisi dianggap sesuatu hal yang negatif di lingkungan.
Dilansir dari psychcentral.com, survei yang dilakukan oleh Obesity Action Coalition mengatakan sebanyak 58 persen siswa sekolah menengah keatas dan 63 persen siswi sekolah menengah keatas mengalami perundungan setiap harinya akibat bobot tubuhnya sudah dikategorikan berlebih secara medis.
Komentar negatif terkait tubuh memiliki banyak jenisnya, komentar negatif yang umum terlontarkan adalah “kamu terlalu gemuk” dan “kamu terlalu kurus”. Batasan body shaming, dikutip dari psychcentral.com, tidak hanya berkaitan dengan bentuk tubuh saja, komentar ini dapat merambah ke hal yang lain dengan maksud yang sama, yaitu berkomentar mengenai bobot tubuh.
Faktor lain yang dapat menjadi bahan body shaming adalah:
- Berat badan
- Daya Tarik
Daya tarik seseorang yang dinilai sebatas bagaimana bentuk tubuh
- Umur
- Pakaian
- Detail kecil ditubuh
Hal yang menurut beberapa orang mengganggu seperti rambut yang ada di tubuh atau wajah, jerawat, warna kulit, dan lainnya
- Make Up
- Menjadi trendi
Tanpa disadari oleh orang kebanyakan, body shaming atau komentar negatif terhadap tubuh tercipta karena lingkungan masyarakatnya sendiri. Dilansir dari sciencedirect.com, banyak orang yang mengasumsikan bahwa orang gemuk atau dengan bobot lebih adalah orang yang tidak produktif.
Asumsi masyarakat yang seperti membuat lingkungan saat itu ataupun generasi selanjutnya berpikir bahwa menjadi orang gemuk atau bobot yang berlebih adalah sebuah aib atau hal yang memalukan. Padahal, dalam setiap kelompok atau lingkungan yang berbeda tentunya memiliki standar tubuh yang berbeda.
Pilihan Editor: Aurel Hermansyah Jadi Korban Body Shaming hingga ASI-nya Berkurang