TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang tua yang melibatkan anak-anaknya ke olahraga prestasi sejak sangat muda. Keinginan mereka tentu saja si anak bisa menjadi atlet tangguh di kemudian hari, kalau bisa sampai level dunia atau Olimpiade.
Namun faktanya, 70 persen anak-anak dan remaja itu menyerah di usia 13 tahun dan para pakar menyebutnya sebagai burnout dini. Hal itu diungkapkan oleh Akademi Pediatri Amerika (AAP) dalam artikel "Overuse Injuries, Overtraining, and Burnout in Young Athletes" yang diterbitkan di jurnal Pediatrics pada 22 Januari 2024. Partisipasi di berbagai kejuaraan di samping latihan yang berat membuat mereka cedera dan burnout di usia muda.
"Burnout itu kenyataan dan sesuatu yang harus diperhatikan orang tua dan pelatih," ujar Dr. James Barsi, pakar bedah ortopedi anak di RS Anak Stony Brook di Long Island, New York, kepada Fox News Digital.
"Anak-anak itu sudah pasti mengalami tekanan karena berusaha semampunya untuk menjadi olahragawan terbaik dan itu menjadi beban," tambahnya.
Jadwal dan latihan berlebihan
AAP melaporkan dengan memperbarui data yang dipublikasikan pada 2007, yang menyebut jadwal terlalu padat dan level latihan yang berlebihan bisa menyebabkan burnout dan membuat mereka pensiun sangat dini. Volume latihan yang berat juga mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup mereka, menurut laporan tersebut. Level stres tertentu bisa berdampak pada produktivitas tapi jika kadarnya berlebihan justru menjadi masalah sendiri.
"Pertandingan olahraga dan latihan selalu memicu stres yang bila disalurkan dengan cara yang tepat baik untuk adaptasi, keberhasilan, dan memberi rasa senang. Jika stresnya sudah berlebihan maka akibatnya adalah burnout," papar Dr. Andrew Watson, salah satu penulis laporan.
Aktivitas fisik yang intens dan terus menerus, ditambah stres berulang dan kurang waktu pemulihan, juga menyebabkan cedera pada anak-anak tersebut. Apalagi tulang pada anak dan remaja masih tumbuh sehingga risiko cedera pun lebih besar karena kemampuan tulang yang tumbuh itu dalam mentoleransi stres tak sebaik pada orang dewasa.
Pilihan Editor: Stres dan Burnout Tak Sama, Cek Bedanya