Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apa itu Sindrom Stevens Johnson yang Dialami Artis Kartika Putri?

Editor

Nurhadi

image-gnews
Kartika Putri menunjukkan wajahnya penuh luka melepuh pada Rabu, 21 Februari 2024. Foto: Instagram/@kartikaputriworld
Kartika Putri menunjukkan wajahnya penuh luka melepuh pada Rabu, 21 Februari 2024. Foto: Instagram/@kartikaputriworld
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Artis Kartika Putri melalui akun Instagram pribadinya mengunggah foto dirinya yang mengalami ruam dan keunguan pada bagian wajah. Perempuan kelahiran 1991 ini mengungkapkan dirinya mengidap sindrom Stevens Johnson akibat autoimun yang sudah lama dideritanya.

Apa yang dialami oleh Kartika Putri merupakan kasus yang jarang terjadi, terutama di Indonesia. Kasus sindrom Stevens Johnson sebelumnya memang diketahui menjangkit penderita autoimun. 

Apa itu sindrom Stevens Johnson?

Dilansir dari Mayo Clinic sindrom, sindrom Stevens Johnson merupakan kelainan fatal pada kulit dan selaput lendir yang sedikit langka terjadi. Biasanya hal ini terjadi akibat reaksi terhadap pengobatan yang diidentifikasikan dengan gejala mirip flu, diikuti dengan ruam dengan rasa nyeri yang menyebar kemudian melepuh, hingga lapisan atas kulit yang terkena akan mati, terkelupas dan mulai sembuh setelah beberapa hari.

Sindrom Stevens-Johnson adalah keadaan darurat medis yang biasanya memerlukan rawat inap. Perawatan pengobatan akan berfokus untuk menghilangkan dan mencari penyebabnya. Juga memberi perawatan seperti merawat luka, mengurangi rasa sakit, dan meminimalkan komplikasi seiring pertumbuhan kembali kulit. Bahkan pada beberapa kasus diperlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk pulih.

Bentuk yang lebih parah dari kondisi ini disebut nekrolisis epidermal toksik (TEN). Ini melibatkan lebih dari 30 persen permukaan kulit dan kerusakan luas pada selaput lendir.

Penyebab sindrom Stevens Johnson

Sindrom Stevens Johnson adalah penyakit langka dan sulit diprediksi penyebabnya. Tenaga kesehatan pun mungkin tidak dapat mengidentifikasi penyebab pastinya. Tetapi, biasanya kondisi ini dipicu oleh penggunaan obat-obatan, infeksi, atau bahkan keduanya. Infeksi pada tubuh juga dapat menyebabkan sindrom Stevens-Johnson, termasuk pneumonia dan HIV.

Kemungkinan ada reaksi yang timbul terhadap obat ketika sedang digunakan atau dalam kurun waktu hingga dua minggu setelah berhenti menggunakannya. Berikut beberapa obat-obatan yang dapat menyebabkan sindrom Stevens-Johnson:

- Obat anti asam urat, seperti allopurinol

- Obat untuk mengatasi kejang dan penyakit jiwa (antikonvulsan dan antipsikotik)

- Sulfonamida antibakteri (termasuk sulfasalazine)

- Nevirapin (Viramune, Viramune XR)

- Obat pereda nyeri, seperti acetaminophen (Tylenol, lainnya), ibuprofen (Advil, Motrin IB, lainnya) dan naproxen sodium (Aleve).

Gejala sindrom Stevens Johnson

Satu hingga tiga hari sebelum ruam timbul, kemungkin dapat dilihat dari gejala yang memperlihatkan tanda-tanda awal sindrom Stevens-Johnson, termasuk demam, sakit mulut dan tenggorokan, kelelahan, serta mata terasa seperti sedang terbakar. Ketika kondisi ini sedang dialami, maka akan timbul tanda dan gejala lebih lanjut meliputi:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

- Nyeri kulit meluas yang tidak diketahui penyebabnya

- Ruam merah atau ungu yang menyebar

- Lepuh pada kulit dan selaput lendir mulut, hidung, mata dan alat kelamin

- Pengelupasan kulit dalam beberapa hari setelah lepuh terbentuk.

Perawatan sindrom Stevens-Johnson

Dilansir dari National Health Service, sindrom Stevens Johnson sebagian besar memerlukan perawatan di rumah sakit, bahkan sampai di unit perawatan intensif. Tanpa pengobatan lebih lanjut, gejalanya bisa mengancam nyawa.

Jika kemungkinan sindrom Stevens Johnson disebabkan oleh obat yang sedang dikonsumsi, pemakaian obat tersebut sebaiknya dihentikan. Kemudian minta pertolongan medis untuk mendapatkan perawatan untuk meringankan gejala, yang mungkin termasuk:

- Cairan ke dalam pembuluh darah untuk mencegah dehidrasi

- Krim dan pelembab untuk melembabkan dan melindungi kulit

- Obat penghilang rasa sakit untuk membantu meringankan rasa sakit

- Obat-obatan untuk mengendalikan peradangan dan mencegah infeksi.

Mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan bagi penderita agar kembali pulih sepenuhnya dari sindrom Stevens-Johnson. Kemungkinan besar penderita sindrom ini akan merasa seperti sangat lelah selama beberapa minggu setelah meninggalkan rumah sakit.

Kemudian setelah mendapat pengobatan ruam pada kulit biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 atau 3 minggu untuk pulih, namun terkadang bisa lebih lama jika mengalami infeksi kulit yang parah.

Jika gejala yang disebabkan oleh reaksi terhadap suatu obat, Anda harus menghindari penggunaan obat tersebut (dan mungkin obat serupa lainnya) selama sisa hidup penderita. Dokter yang menangani akan menjelaskan dan mendiskusikan hal ini lebih lanjut untuk mengetahui kesediaan atau alternatif lain bagi penderita.

Pilihan Editor: Awas, Pria Lebih Rentan Derita Sindrom Steve Johnson

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sekarang, Tak Perlu KTP dan Bukti Tiket Kalau Mau Naik Kereta Api, Cukup Sekali Pindai Wajah

5 jam lalu

Calon penumpang mendaftarkan diri untuk penggunaan Fitur pengenalan wajah atau face recognition di Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa 5 Desember 2023. Fitur tersebut diterapkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) menjadi inovasi untuk mempermudah penumpang masuk ke peron dan telah tersebar di Stasiun Bandung, Yogyakarta, Surabaya Gubeng, Malang, Solo Balapan, Gambir, Cirebon, Surabaya Pasar Turi, dan Semarang Tawang Jawa Tengah. Tempo/Tony Hartawan
Sekarang, Tak Perlu KTP dan Bukti Tiket Kalau Mau Naik Kereta Api, Cukup Sekali Pindai Wajah

Manager Humas KAI Divre 1 Sumut Anwar Solikhin mengatakan, boarding semakin praktis karena cukup memindai wajah, tak perlu lagi menunjukkan KTP.


Paus Fransiskus Antarkan Pasokan Medis ke Hutan Terpencil Papua Nugini

4 hari lalu

Para siswa berpose dengan biola di Sekolah Humaniora Holy Trinity selama kunjungan Paus Fransiskus, di Baro, dekat Vanimo, Papua Nugini, 8 September 2024. REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Paus Fransiskus Antarkan Pasokan Medis ke Hutan Terpencil Papua Nugini

Paus Fransiskus terbang jauh ke dalam hutan Papua Nugini mengunjungi umat Katolik yang tinggal di salah satu daerah paling terpencil di dunia.


5 Buah yang Dapat Membantu Kulit Glowing dan Sehat

4 hari lalu

Ilustrasi wanita makan buah apel. Foto: Freepik.com/lifestylememory
5 Buah yang Dapat Membantu Kulit Glowing dan Sehat

Salah satu cara untuk mendapat kulit glowing dan sehat adalah dengan rutin makan buah berikut ini.


Jurusan Farmasi: Obat, Apotek, dan Pengaruhnya di Kehidupan Kampus

6 hari lalu

Apoteker memeriksa paket ramuan obat tradisional Tiongkok. Dok. Tempo
Jurusan Farmasi: Obat, Apotek, dan Pengaruhnya di Kehidupan Kampus

Mahasiswa jurusan farmasi di kampus ternyata bukan cuma belajar obat dan jadi apoteker. Tapi bisa membuka berbagai peluang karier yang tak terduga.


Sepsis Salah Satu Penyakit Pembunuh Tertinggi di AS, Jangan Terlambat Kenali Gejala

7 hari lalu

Ilustrasi luka
Sepsis Salah Satu Penyakit Pembunuh Tertinggi di AS, Jangan Terlambat Kenali Gejala

Setiap tahun diperkirakan 350 ribu warga AS meninggal dunia karena sepsis, di bawah penyakit jantung (700.000) dan kanker (600.000).


Cara Menyembunyikan Wajah Seseorang di Google Photos

9 hari lalu

Google Photos. photos.google.com
Cara Menyembunyikan Wajah Seseorang di Google Photos

Google Photos adalah aplikasi penyimpanan foto yang sangat populer dengan fitur pengenalan wajah otomatis yang canggih.


RUU Paten Dibahas di DPR, Koalisi Khawatirkan Masa Monopoli atas Obat

9 hari lalu

Suasana rapat keputusan pembahasan RUU Pilkada dengan Badan Legislasi DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2024. Badan Legislasi DPR RI mengesahkan Revisi Undang-Undang (RUU) Pilkada dibawa ke rapat Paripurna untuk disahkan menjadi UU. Sebanyak delapan Fraksi DPR RI menyetujui RUU Pilkada dan hanya Fraksi PDI Perjuangan yang tak sependapat RUU tersebut dibawa ke Paripurna. TEMPO/M Taufan Rengganis
RUU Paten Dibahas di DPR, Koalisi Khawatirkan Masa Monopoli atas Obat

Indonesia AIDS Coalition (IAC) menyebut aturan yang akan memperpanjang masa monopoli adalah pada perubahan pada Pasal 4 huruf f RUU Paten.


Gajah Inova dan Manohara Koleksi Solo Safari Mati Akibat Infeksi

9 hari lalu

Pengunjung di Solo Safari, Jawa Tengah. ANTARA
Gajah Inova dan Manohara Koleksi Solo Safari Mati Akibat Infeksi

Dua gajah koleksi Solo Safari mati akibat infeksi hati dan elephant endotheliotropic herpesviruses.


Sering Salah Kaprah, Begini Cara Benar Pakai Lulur Bali untuk Hasil yang Maksimal

11 hari lalu

CEO Denara Bali, Sathya Narayana dalam workshop yang digelar Tokopedia dan ShopTokopedia di Bali pada Rabu, 28 Agustus 2024. TEMPO/Hanin Marwah
Sering Salah Kaprah, Begini Cara Benar Pakai Lulur Bali untuk Hasil yang Maksimal

Ada beberapa pemahaman yang masih salah kaprah mengenai penggunaan lulur mandi. Simak tips menariknya.


5 Kebiasaan Sepele yang Berpotensi Mempercepat Penuaan Wajah

12 hari lalu

Ilustrasi sedotan. shutterstock.com
5 Kebiasaan Sepele yang Berpotensi Mempercepat Penuaan Wajah

Beberapa kebiasaan sehari-hari yang sering dianggap sepele ternyata bisa mempercepat penuaan wajah.