TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis bedah subspesialis bedah pediatrik konsultan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Hardian Gunadi, mengatakan pembesaran kelenjar getah bening dapat berkaitan dengan penyakit lain yang diderita seseorang.
“Kalau pembesaran kelenjar getah beningnya dengan ukuran normal kebanyakan dikarenakan reaksi radang,” kata Hardian.
Mengenai penyakit yang gejalanya disertai pembesaran kelenjar getah bening, Hardian menuturkan pada ukuran normal kondisi tersebut dapat terjadi sebagai bentuk reaksi tubuh terhadap organ-organ yang sedang mengalami masalah.
Ia menganalogikan kelenjar getah bening sebagai pos polisi, di mana ketika ada virus atau kuman dari luar sebagai penjahat berusaha menyerang tubuh, kelenjar akan bekerja lebih keras sehingga ukurannya membesar. Biasanya kelenjar membesar apabila orang mengalami sariawan di bawah mulut, membesar di bagian leher akibat munculnya rasa sakit di telinga atau sakit gigi. Berbeda dengan kondisi di mana pembesaran kelenjar terjadi akibat infeksi virus yang menyebabkan kelenjar menjadi keras, tidak dapat digoyangkanm dan ukurannya lebih besar dari batas yang ditentukan.
“Kalau di Indonesia, 70 persen populasi di Indonesia itu terkena Tuberkulosis, mau aktif maupun infeksi laten yang kumannya tidur, mereka terinfeksi itu sebetulnya banyak. Salah satu gejalanya bisa pembesaran kelenjar getah bening,” ujar Hardian.
Soal keganasan dapat dipengaruhi adanya sel kanker di sekitar area kelenjar getah bening atau sel yang menyebar ke tempat lain. “Misal kalau ada tumor di mulut atau menyebar di kelenjar getah bening di leher atau di tiroid, itu adalah limfoma atau kanker kelenjar getah bening. Infeksi juga bisa disebabkan virus kalau HIV atau adanya infeksi mononukleosis atau virus lain yang kadang membesar tapi tidak mengecil lagi, itu contoh penyakit yang menyebabkan pembesaran,” paparnya.
Tak harus dibedah
Hardian juga menjelaskan pembedahan bukanlah tindakan utama untuk memberikan terapi pada penderita pembesaran kelenjar getah bening. Pembedahan dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya pembesaran.
“Kalau dia dari organ lain yang belum menyebar luas, kita angkat organnya beserta kelenjar getah bening di sekitarnya. Tapi di luar itu rasanya obatnya bukan bedah,” ucapnya.
Hardian menekankan pemberian tindakan yang pasti untuk pengobatan baru dapat diberikan usai tenaga medis mengobservasi lebih lanjut sampel kelenjar getah bening yang membesar di bawah mikroskop.
“Jadi kita angkat satu buat sampel kalau dia terlalu besar dan berisiko kita ambil sebagian untuk cari tahu itu apa dan kita sesuaikan terapinya, tergantung dari penyebabnya kalau sudah diketahui di bawah mikroskop,” jelasnya.
Pilihan Editor: Jangan Abaikan Kelenjar Getah Bening Membesar, Bisa Jadi Gejala Ganker Nasofaring