TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda dengan daya tariknya masing-masing. Namun ketika akan menjalin sebuah hubungan manakah yang lebih penting?
Dikutip dari Psychology Today jatuh cinta dan bertahan untuk tetap jatuh cinta sangat terkait dengan daya tarik, dan ciri-ciri kepribadian. Daya tarik adalah magnet yang menarik satu orang ke orang lain dan menghasilkan keinginan emosional langsung untuk menjalin suatu hubungan.
Sementara itu, ciri-ciri kepribadian mengacu pada cara berpikir dan berperilaku seseorang yang relatif stabil, kepribadian inilah yang membedakan satu orang dengan orang lain. Lebih lanjut, daya tarik cenderung lebih cepat disadari karena menginginkan koneksi. Sebaliknya, sifat-sifat yang mengagumkan membutuhkan lebih banyak waktu untuk diidentifikasi.
Menurut Aaron Ben-Ze'ev, dalam hubungan romantis yang baru, daya tarik memainkan peran utama. Namun, kepentingannya berkurang seiring dengan semakin matangnya hubungan, dan sifat-sifat kepribadian lebih menunjukkan hubungan romantis yang langgeng.
Aaron Ben-Ze'ev lebih lanjut merinci perbedaan antara ketertarikan dan ciri-ciri kepribadian dan korelasinya dengan hubungan timbal balik.
“Di sini saya meneliti faktor timbal balik dalam dua bentuk daya tarik, yaitu kecantikan dan keseksian, dan dalam dua ciri kepribadian yaitu kecerdasan dan humor. Saya berpendapat bahwa ada korelasi yang signifikan antara tingkat (dan sifat) timbal balik dan nilai romantik,” tulis Aaron Ben-Ze'ev dikutip dari Psychology Today pada 3 Juli 2024.
Kecantikan dan keseksian
Keseksian sering dikaitkan dengan "panas", panas yang dirasakan oleh orang yang melihatnya. Sebaliknya, cantik sering diasosiasikan dengan menjadi "dingin", menyiratkan sebuah jarak dan perasaan semacam ingin menatap tetapi ragu untuk menyentuh.
Hal ini terlihat jelas dalam lirik Roger Cicero, "Wanita cantik itu terlalu cantik untuk bersikap ramah, terlalu baik untuk menjadi baik di tempat tidur. Dia terlalu langsing untuk pergi makan, terlalu mewah untuk menonton TV, dan terlalu dewasa untuk berbicara omong kosong." Oleh karena itu, orang lebih cenderung mendekati orang yang seksi daripada yang cantik.
Aaron Ben-Ze'ev lebih lanjut dalam tulisannya menyandingkan antara kecerdasan dan humor. Kecerdasan dianggap berkorelasi dengan daya Tarik, namun, korelasinya tidak linier. Sebuah penelitian menunjukan adanya penurunan daya tarik pada tingkat kecerdasan yang ekstrem disebabkan oleh kesulitan kompetensi sosial yang dikaitkan dengan orang-orang dengan kecerdasan tinggi.
Orang dengan tingkat kecerdasan tinggi sering dianggap sebagai kutu buku yang sangat sulit untuk melakukan interaksi timbal balik. Meskipun humor mengekspresikan suatu bentuk kecerdasan, tidak semua orang yang cerdas memiliki selera humor. Studi menemukan bahwa mereka yang memiliki selera humor yang baik memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada orang yang kurang humoris dan lebih jarang menderita depresi dan agresi.
Perempuan cenderung menginginkan laki-laki yang memiliki humor yang baik. Sebab, orang dengan selera humor yang baik dinilai lebih menarik dan dipandang sebagai pasangan jangka panjang yang lebih cocok. Memiliki selera humor yang baik hati juga terkait dengan kecerdasan emosional yang tinggi dan sangat diinginkan dalam diri pasangan.
Meskipun kecerdasan dan humor biasanya merupakan sifat yang lebih penting dalam hubungan asmara daripada kecantikan dan keseksian, daya tarik fisik juga meningkatkan nilai pasangan.
Oleh karena itu, Aaron Ben-Ze'ev dalam tulisannya menyatakan bahwa wanita lebih menyukai pria yang lucu, terutama yang tampan. Semua jenis daya tarik dan ciri-ciri kepribadian penting dalam memilih pasangan, namun, sifat dan khususnya apakah mereka tidak berada di bawah ambang batas yang diinginkan, pada akhirnya akan menentukan pilihan romantis seseorang.
Pilihan editor: 5 Hal Positif Menjadi Ekstrovert