TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah rumah sakit di Swedia melakukan kemoterapi selama dua tahun kepada seorang perempuan. Belakangan disadari pasien tersebut tidak mempunyai kanker. Dia pun mengalami sejumlah efek samping yang tidak bisa disembuhkan.
Perempuan berusia 60 tahun itu sebelumnya telah berjuang melawan kanker payudara. Ketika dia berobat di rumah sakit, dia mengeluh memiliki nyeri punggung. Dokter yang menanganinya khawatir kanker telah menyebar pada tubuh si pasien. Kata dokter, pemindaian sinar-X yang dilakukan saat itu mengindikasikan bahwa pasien terkena tumor pada liver dan organ-organ penting lainnya.
Dengan segera, dokter pun memberikan pengobatan dengan penuh semangat. Selain kemoterapi, sebagaimana diberitakan Medical Daily pada Sabtu, 19 Januari 2013, dokter melakukan radiasi dan pemberian hormon kortison. Cara itu membuat efek samping yang melemahkan si pasien.
Belakangan, saat diteliti, dokter menemukan bahwa apa yang mereka sangka tumor pada pemindaian sinar-X yang pertama ternyata bukanlah tumor. Tidak begitu jelas apa, namun itu bukan tumor. Tidak begitu jelas juga bagaimana kesalahan itu terjadi begitu lama, bahkan selama dua tahun. Yang jelas, kini perempuan itu merasakan efek samping pengobatan yang tidak bisa disembuhkan.
Efek itu antara lain perempuan itu mengalami tulang rapuh, dan penekanan tulang belakang. Kemoterapi juga menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian tertentu pada otaknya, yang menyebabkan dia kehilangan keterampilan dan kontrol atas tangannya. Atas kasus tersebut, pihak rumah sakit telah melaporkannya kepada Badan Nasional Kesehatan dan Kesejahteraan Swedia.
Sebelumnya dilaporkan, rumah sakit yang sama juga menimbulkan bencana medis pada tahun lalu, di mana pembedahan telah menggeser pinggul seorang perempuan berusia 30 tahun. Saat itu pasien datang ke rumah sakit untuk menghilangkan pertumbuhan kecil pada pinggulnya. Meskipun dokter mencoba untuk membenarkan kembali pinggulnya, si pasien mengalami infeksi akibat prosedur tersebut.
AMIRULLAH