TEMPO.CO , Jakarta:Mungkin koleksi tumpukan koran, pernak-pernik, atau boneka barbie koleksi Anda mulai berubah menjadi masalah saat mereka mulai menumpuk dan memenuhi ruangan –atau bahkan memenuhi rumah. Penimbunan koleksi ini, awalnya dianggap sebagai bagian dari gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder (OCD)). Namun,seperti dikutip dari Live Science edisi 22 Mei 2013, Asosiasi Psikiatri Amerika mendorong penelitian lebih lanjut untuk melihat masalah ini lebih jeli lagi sebab mereka tak yakin bahwa menimbun koleksi adalah bagian dari OCD.
"Seorang kolektor, akan menjual atau mengeliminasi koleksi ketika mereka tidak memiliki cukup ruang untuk menyimpannya," kata Robin Rosenberg, psikolog klinis dan penulis buku teks psikologi "Abnormal Psychology" (Worth Publishers, 2009). Tidak seperti kolektor, penumpuk tidak memiliki batasan koleksi. Mereka akan takut kehilangan barang koleksinya itu. Mereka berpikir kelak akan membutuhkannya di masa depan. "Mereka merasa koleksinya ini sudah begitu melekat, atau memiliki nilai tinggi. Meskipun barang itu bernilai, tapi menumpuknya hanya akan membuat barang itu seperti sampah, ujar Rosenberg menambahkan.
Ini bisa berbahaya. Contohnya, tumpukan demi tumpukan kertas tua dapat menimbulkan bahaya kebakaran dan berpotensi mengancam nyawa. Akumulasi sampah juga menciptakan habitat serangga dan hama lainnya. OCD dapat terwujud dalam perilaku seperti mencuci ulang tangan karena takut kuman atau memeriksa kunci berulang-ulang untuk memastikan mereka terkunci.
Namun, dalam penelitian terkini, penimbun cenderung mengalami pola yang berbeda dari gejala penderita OCD. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan gangguan penimbunan memiliki neurobiologi yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam Jurnal Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke lima (DSM-5), peneliti merevisi tulisannya. DSM-5 menyatakan bahwa data yang tersedia pada penimbun tidak menunjukkan penimbunan menjadi gejala OCD.
LIVE SCIENCE | ANINGTIAS JATMIKA
Topik terhangat:
Menkeu Baru | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Baca juga:
EDSUS Cinta Fathanah
Luthfi Panggil Darin Mumtazah `Mamah`
Sri Mulyani Masuk 100 Wanita Berpengaruh Dunia
Dituding Ngemplang Pajak, Fuad Rahmany: Eko Bohong