Itulah gambaran pekerjaan anggota Sioux. Nama komunitas ini diambil dari nama salah satu suku Indian di Amerika Selatan yang berarti “ular”. Ketua Sioux, Rudy Rahadian, dalam situs resmi komunitas itu menyatakan bahwa Sioux, yang dibentuk pada 2003 di Jakarta, didirikan untuk memberi pengetahuan tentang ular dan cara menangani bahaya ular. Anggotanya macam-macam, dari anak muda pencinta satwa hingga ibu-ibu.
Tugas mereka tidak hanya menjaga keberlangsungan hidup ular, tapi juga menyelamatkan dan menyembuhkan orang-orang yang terancam dengan kehadiran ular. Sebagian dari masyarakat kadang menghubungi Sioux karena mengalami trauma. Maka, tugas Sioux berikutnya adalah melakukan terapi trauma ular. “Minimal melihat atau menyentuh ular sebentar saja,” kata Andi. “Bila rasa takut terhadap ular berlebihan, yang muncul adalah paranoid dan keinginan membunuh ular.”
Pernah pula sebuah pabrik besar di daerah Bekasi mengontrak beberapa awak Sioux selama enam bulan guna membersihkan pabrik dari ular. “Memang yang di Bekasi itu ularnya banyak banget, sampai ada yang melingkar di rantai pembatas musala, hingga pipa-pipa. Jenisnya ular phyton, tidak berbisa,” kata Andi.
Sebelum memindahkan ular, awak Sioux akan memantau dan meninjau lokasi. Setelah menemukan tanda-tanda, seperti jejak, ukuran, jenis ular, dan titik keberadaannya, mereka menunggu sekitar dua hari untuk memastikan hasil pemantauan. Bila sarangnya sudah dipastikan, barulah mereka menangkapnya.
Ular diukur dan dicatat...