TEMPO.CO, Jakarta - Operasi perbaikan hernia inguinalis merupakan salah satu prosedur operasi yang paling sering dikerjakan oleh dokter bedah anak.Hernia inguinalis ini dapat terjadi pada anak perempuan maupun laki-laki, pada satu sisi maupun kedua sisi, Paling sering terjadi pada tahun pertama usia anak.
Pada bayi prematur dapat ditemukan hernia inguinalis sebanyak 16-25 persen. Angka kejadian secara keseluruhan: 0,8 persen - 4,4 persen dari jumlah bayi lahir, dan 10 kali lebih banyak pada anak laki-laki dibanding perempuan.
Bagaimana hernia inguinalis terjadi? Pada masa perkembangan janin di dalam perut ibu, awalnya testis berada di dalam rongga perut bayi.Testis kemudian turun ke skrotum (kantung testis) melalui suatu saluran yang menghubungkan rongga perut bayi dan skrotum, dalam bahasa kedokteran disebut procesus vaginalis.Penurunan testis ke skrotum terjadi pada saat janin berusia 7 hingga 9 bulan. Setelah itu normalnya saluran tersebut akan menutup.
Pada kasus hernia, saluran yang seharusnya menutup itu tetap terbuka, dalam bahasa kedokterannya adalah patent procesus vaginalis. Hal ini akan mengakibatkan usus maupun bagian lain yang berada di rongga perut dapat melalui saluran tersebut hingga ke pangkal paha (inguinal) maupun ke skrotum.
Pada anak perempuan, mekanisme yang terjadi adalah saluran yang menghubungkan rongga perut dengan bibir kemaluan tidak menutup. Dalam bahasa kedokteran saluran tersebut disebut kanal Nuck.
Bila saluran yang tidak menutup tersebut diameternya kecil, usus tidak dapat melalui saluran tersebut, hanya cairan yang dapat melaluinya, dan akan menyebabkan kelainan hidrokel, yaitu pengumpulan cairan di dalam skrotum, dan memiliki gejala yang hampir sama dengan hernia inguinalis.
Gejala yang timbul pada hernia adalah benjolan di lipat paha maupun skrotum yang hilang timbul. Benjolan dapat dilihat pada tekanan di rongga perut meningkat, misalnya pada saat anak menangis atau mengedan, atau saat anak beraktivitas.Namun dalam kondisi anak tenang maupun tidur, benjolan dapat hilang sama sekali, karena usus maupun bagian lain dari rongga perut masuk kembali ke dalam rongga perut.
Gejala hernia dapat timbul pada saat bayi baru lahir, beberapa hari setelah lahir, beberapa minggu maupun beberapa bulan kemudian. Namun sebenarnya saluran penghubung antara rongga perut dan lipat paha atau skrotum tersebut sudah ada sejak lahir.
Hal yang berbahaya pada kondisi hernia adalah bila usus terjepit pada pangkal saluran. Kondisi ini akan mengakibatkan nyeri, kembung, muntah dan tidak dapat buang air besar.
Pada lipat paha atau skrotum benjolan terlihat lebih tegang dibanding biasanya dan berwarna kemerahan Jika proses berlanjut, pembuluh darah di usus yang terjepit dapat terganggu, usus yang terjepit mendapat aliran darah sehingga pada akhirnya dapat mengakibatkan kebocoran usus.
Kondisi tersebut adalah kondisi yang berbahaya untuk anak dan perlu segera mendapatkan penanganan. Sebaiknya segera dibawa ke Gawat Darurat Rumah Sakit.
Penanganan hernia adalah operasi, karena kelainan tersebut tidak dapat sembuh dengan pengobatan medis non operatif. Operasi dilakukan untuk menutup saluran yang menghubungkan rongga perut dan lipat paha atau skrotum.
Pada hernia terdapat risiko terjadinya jepitan usus, yang dapat membahayakan kondisi anak. Karena itu, ahli bedah anak biasanya akan menyarankan operasi hernia segera setelah hernia didiagnosis. Pada bayi prematur, disarankan operasi dilakukan setelah bayi mencapai berat badan dua kilogram.
(dr. Tri Hening Rahayatri, Sp. BA- RS Premier Jatinegara)