TEMPO.CO, Makassar - Couch Surfing adalah sebuah jaringan yang berbasis relawan. Menghubungkan wisatawan dengan anggota masyarakat lokal di lebih dari 230 negara dan teritori di seluruh dunia, Couch Surfing menawarkan akomodasi dan saran gratis bagi setiap anggotanya.
Fokus awal Couch Surfing adalah pada home stay dan “berselancar”—dengan tinggal di rumah masyarakat lokal—sehingga menghasilkan pertemuan lintas budaya. Ini merupakan sebuah cara untuk melakukan wisata budaya yang menyenangkan, menarik, dan menemukan pemahaman budaya yang tentunya akan berbeda.
Couch Surfing sudah terbentuk sejak 2004. Jaringannya masuk ke Makassar pada akhir 2010. “Waktu itu kami hanya bertiga, lalu membuat grup,” kata Rian Borahima, Koordinator Couch Surfing Makassar, Ahad, 30 November 2014. Trip bersama pertamanya dilakukan pada September 2011.
Hingga saat ini anggota komunitas jaringan tercatat sudah mencapai 1.224 orang—sekalipun yang aktif dan rutin melakukan pertemuan hanya sekitar 30 orang--. Para anggota komunitas yang punya hobi jalan-jalan ini nongkrong setiap Jumat, di Cafe Surabi Oma, Jalan Cendrawasih, Makassar. Tempat ini sekaligus menjadi ruang bertemu mereka.
Pada 29-30 November lalu, komunitas ini menggelar pameran foto Couch Surfing Photos Exhibition di Rumata’ Art Space. Ketua panitia pameran Roy Sibolga mengatakan kegiatan ini adalah salah satu cara komunitas Couch Surfing untuk berbagi pengalaman dan bertukar cerita perjalanan. Ada banyak cerita perjalanan yang disajikan, dari keindahan alam, landmark, kultur, dan kegiatan sehari-hari masyarakat di beberapa tempat di dunia yang telah dikunjungi. “Ini cara kami mengajak teman-teman untuk traveling,” kata Roy.
IRMAWATI
Berita lain:
Kemenkoinfo: TPI Tak Berhak Bersiaran
Ditemukan 10 Korban Longsor dalam Satu Mobil Colt
Ini Kegiatan Jokowi di Lokasi Longsor Banjarnegara