Pembuluh darah koroner normalnya berbentuk seperti pipa. Dindingnya mulus. “Kalau ada gangguan, berarti mulai ada penyempitan,” ucap Hakim.
Penyempitan yang terjadi bisa ringan, sedang, hingga berat, di mana penyempitan pembuluh darah ini semakin lama semakin bertambah. Bahkan permukaannya bisa pecah. Setelah pecah, dalam hitungan menit akan tersumbat. Pada saat itulah orang mengalami serangan jantung.
Penyempitan pembuluh darah akan bertambah seiring bertambahnya usia. Namun serangan jantung banyak dipengaruhi oleh faktor risiko. “Semakin banyak faktor risiko, semakin mudah kita terkena serangan jantung,” kata Hakim.
Beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner adalah punya penyakit hipertensi, diabetes melitus, kadar kolesterol tinggi, atau obesitas. Penyebab lainnya adalah merokok. Bisa juga karena aritmia atau kelainan irama jantung. Aritmia adalah komplikasi yang paling dikhawatirkan pada pasien jantung. Karena itu, seseorang dengan irama jantung yang tidak teratur perlu memeriksakan diri.
Keberadaan jantung koroner, kata Hakim, bisa dideteksi dengan adanya nyeri dada khas untuk koroner. Namun, jika tak ada keluhan, cara mengetahuinya bisa melalui mesin pembuat rekam irama jantung atau elektrokardiogram (EKG). Bisa juga dengan treadmill test—fasilitas ini sudah ada di beberapa rumah sakit.
Jika telanjur mengalami gangguan jantung koroner, pilihannya adalah obat, pemasangan ring atau cincin, dan bisa juga dengan tindakan operasi.