TEMPO.CO, Jakarta - Entah sudah berapa orang kaum hawa di dunia ini yang terbius pesona sepatu bertumit tinggi atau akrab disebut high heels itu. Bahkan, kini, saat tak begitu tren lagi, jenis sepatu yang dikenal sejak zaman Mesir kuno ini tetap tak ditinggalkan "pemujanya".
Meski banyak wanita yang mengeluh capek jika mengenakan high heels, sepatu feminin itu tetap diminati. Biasanya, untuk mengurangi rasa capek di kaki, banyak wanita mengangkat kedua kakinya sejajar tembok. Cara ini, bisa mengurangi rasa pegal dan sakit akibat penggunaan heels.
Fenomena para perempuan pecinta high heels khususnya di Jakarta, rupanya mendapatkan perhatian dari seorang penulis Ika Noorharini.
Dalam buku berjudul, "Fenomenologi Wanita Ber-high heels", Ika mengungkapkan bahwa begitu banyak perbedaan ungkapan para perempuan yang terkadang logis, sederhana, penuh kalkukasi, patah hati, tentang keputusan mengenakan dan mencintai benda bernama high heels.
"Ada motif, makna, status diri dan perilaku di dalamnya. Wanita merasa percaya diri dan seksi bila berjalan mengenakan sepatu berhak tinggi, dan biasanya sangat mudah tergoda pada sepatu-sepatu dengan desain yang elegan," ungkap Ika dalam bukunya yang belum lama ini diluncurkan itu.
Menurut dia, selain merasa cantik, sebagian perempuan ber-high heels juga merasa up to date dan status dirinya meningkat, sehingga menghasilkan kepuasan diri.
Kesan cantik dan menonjol dari perempuan lain yang muncul dari penggunaan high heels juga diakui konsultan gaya, Khairiyyah Sari.
"Wanita seringkali berpikir harus di-upgrade dengan heels biar terlihat. Sementara untuk style, sebagian wanita selalu berpendapat enggak pakai heels berarti enggak gaya," kata dia.
Menurut Sari, kecintaan pada heels seharusnya tak membuat perempuan melupakan kondisi tubuhnya, terutama kaki. Perempuan harus pandai memilih high heels yang tepat untuk dirinya.
"Misalnya kalau betisnya besar, jangan pakai heels yang ber-platform. Sama halnya dengan perempuan yang kakinya kecil. Jangan sampai ada kesan kakinya semua sepatu. Intinya memakai heels itu harus nyaman," kata dia.
Kemudian, untuk mereka yang berpostur relatif gemuk, sebaiknya hindari heels yang berujung lancip, karena tak akan mampu menopang tubuh. Sebaliknya, Sari menyarankan para perempuan ini mengenakan heels yang berujung lebih tebal dan datar.
"Untuk efek ramping, sebaiknya pilih yang ujungnya runcing," ujar dia.
Sementara itu, kata dia, bagi perempuan yang berpostur tubuh relatif tinggi, sebaiknya hindari heels yang terlalu tinggi, misalnya 12 cm.
"Memang tubuh yang tinggi bisa berdampak dia terlihat over confindent. Harus tahu batasan juga. Sebaiknya tidak perlu pakai heels di atas 12 cm, terutama yang kakinya kecil," tutur Sari.
Sari menambahkan, di siang hari, sangat tidak disarankan mengenakan stiletto yang berpadupadan dengan rok mini, karena menimbulkan kesan seperti perempuan pekerja seks komersial.
"Ingat, harus santun. Jangan pakai stiletto dengan padanan hot pants atau rok mini di siang hari. Persepsi heels ditambah rok mini, itu adalah pekerja malam," tambah dia.
ANTARA