TEMPO.CO, Jakarta - Perkembangan tren mode akan selalu diikuti dengan tren di bidang kosmetik. Ketika perancang mode muda bermunculan, fenomena serupa juga terjadi dengan penata rias.
Penata rias Lizzie Parra mengatakan penata rias adalah pekerjaan yang cukup populer saat ini. Menurutnya, pekerjaan ini memperlihatkan prospek yang baik. Pasalnya, kebanyakan orang kini merasa malas ke salon untuk mengubah penampilannya. Alhasil, jasa penata rias yang mendatangi ke rumah klien menjadi pilihan.
"Prospeknya lagi naik banget. Kalau dicari aja di Instagram MUA Jakarta I banyak banget karena sekarang orang malas ke salon," ujarnya di Jakarta, belum lama ini.
Di tengah banyaknya penata rias, untuk memilih profesi ini perlu bekal yang cukup. Salah satunya, kekuatan mental. Hal ini karena, menjadi penata rias bukanlah pekerjaan yang waktu kerjanya seperti pegawai kantor. "Pekerjaan bisa dimulai dini hari," kata Lizzie.
Selain itu, diperlukan pula kemampuan pula untuk memasarkan jasanya dan selalu memiliki rasa untuk ingin terus belajar. "Pertama, harus persiapkan mental. Mental untuk bangun pagi, memasarkan diri dan berusaha terus belajar," katanya.
Setelah itu, matangkan portofolio. Menurut Lizzie, penting untuk memilih bidang dan memiliki ciri khas. Pasalnya, hal inilah yang akan menjadi pembeda sekaligus daya tarik. Selain itu, hal ini akan membuat seorang penata rias lebih mudah berkembang karena bisa lebih fokus terhadap bidang dan gaya yang dituju. Ini juga akan menentukan pasarnya. "Mau ke arah yang mana. Biar kita fokus. Ada ke fashion, film atau wedding," katanya.
Lizzie sendiri memulai pekerjaan sebagai penata rias sejak 2011. Mengawali karir sebagai produk eksekutif di sebuah perusahaan di bidang kosmetik pada 2009 membuatnya tertarik. Ditambah, kesukaannya terhadap menggambar bisa berkolaborasi melalui pekerjaan merias wajah. Kemampuannya merias wajah didapatkannya melalui belajar secara otodidak.
Adapun, pada 2011 Aktris Luna Maya adalah selebriti pertama yang diriasnya untuk kepentingan pengambilan gambar di sebuah majalah. "Aku dulu produk eksekutif, kerja di belakang layar. Basic-nya suka gambar. Aku belajar sendiri sampai akhirnya kayak sekarang," katanya.