TEMPO.CO, Jakarta - Tempo Institute bersama Knowledge Sector Initative akan menggelar diskusi membahas buku dan pemikiran Indonesianis Ben Anderson pada Rabu, 20 Januari 2016, di Lantai 7 Gedung Tempo, Jalan Palmerah Barat 8 Jakarta Selatan. Pembicaranya adalah penulis Goenawan Mohamad dan pengajar sastra Indonesia di Australian National University, Amrih Widodo.
Diskusi itu berbarengan dengan 40 hari meninggalnya Ben Anderson. Peneliti Indonesia dari Cornell University bernama lengkap Benedict Richard O'Gorman Anderson yang lahir di Kunming, China, 26 Agustus 1936 ini meninggal di Malang, Jawa Timur, pada 13 Desember 2015.
BACA: Profil dan Karya Ben Anderson
Ben adalah Indonesianis paling populer di Indonesia. Setelah menerbitkan “Cornell Paper” pada 1971 bersama Ruth McVey tentang perpecahan di tubuh Angkatan Darat sebagai pemicu geger 30 September 1965 yang ditunggangi intelijen Amerika, ia dicekal pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto pada 1972. Ben baru bisa masuk kembali ke Indonesia pada 1999.
Selain sejarah politik Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan, Ben juga banyak meneliti budaya Jawa yang membentuk pola pikir dan mengkonstruksi politik kita hari ini. Ia tertarik pada kejadian-kejadian sampingan yang mengiringi peristiwa-peristiwa besar. Dalam Revolusi Pemuda 1944-1966, ia menuliskan cara Sukarno menyelesaikan konflik antar faksi, sebuah sudut pandang yang jarang dimasuki para peneliti Indonesia lainnya.
BACA: Ben Anderson: Musuh Bangsa Indonesia Adalah Mafia
Karena itu, menururt Direktur Eksekutif Tempo Institut Mardiyah Chamim, posisi Ben sangat penting dalam sejarah politik Indonesia dan peta para Indonesianis. Sejarah Indonesia yang politiknya terpusat selama puluhan tahun, membuat sejarah bukan cerita dan fakta yang mudah disusun. “Ben tekun menginvestigasinya meski dicekal,” kata Mardiyah.
Karena misterius akibat ditutup-tutupi itu, ditambah dokumen dan aksesnya yang sulit, sejarah Indonesia tak kunjung utuh. Gerakan 30 September 1965 hingga hari ini masih menyimpan teka-teki soal para pelaku utama Gerakan yang menumbangkan Sukarno itu. Keterputusan sejarah itu merupakan fokus Ben semasa 79 tahun hidupnya.
BACA: Ben Anderson dan Aroma Rendang di Cornell
Kedua pembicara adalah kawan Ben sejak muda. Amrih tak lain murid Ben di Cornell. Murid Ben lain juga akan hadir dalam diskusi ini. Juga para tokoh pelaku sejarah di sekitar 1965. Mereka akan mengulas riwayat juga pemikiran-pemikiran Ben, terutama tentang nasionalisme, yang ia tuangkan dalam bukunya yang sangat terkenal: Imagined Communitties.
BHD