TEMPO.CO, Jakarta – Terobosan mengangkat dan melestarikan budaya Betawi melalui bentuk sastra Haiku, digelar di Zona Embrio PBB-Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, akhir pekan lalu.
Haiku merupakan karya sastra dari Jepang, yang dikenal sebagai puisi cerdas karena puisi ini dapat menampung cerita atau kisah/sejarah hanya dalam 17 suku kata (5 suku kata baris pertama, 7 suku kata baris kedua, dan 5 suku kata baris ketiga).
Baca Juga:
Keterangan panitia di Jakarta, Kamis, 11 Mei 2017, menyebutkan, pada pergelaran ini, Komunitas Pecinta Haiku mengangkat delapan ikon Betawi, yaitu ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen gigi balang, baju sadariah, kebaya kerancang, batik Betawi, kerak telor, dan bir pletok, disajikan kepada masyarakat dalam bentuk puisi Haiku dan puisi dengan sketsa gambar yang dikenal dengan Haiga.
Pergelaran ini semakin meriah dan mendapat perhatian dari banyak masyarakat dengan ditampilkannya Lenong Betawi dengan lakon Juragan Romli yang dimainkan para pencinta Haiku, termasuk Denny Cagur dan None Jakarta 2016, Sasti Hapsari.
Hadir dalam acara ini Endah Pardjoko, anggota DPRD DKI Jakarta; serta Nursyam Daoed, Kasudin Parbud Kota Jakarta Selatan, yang berkenan memberikan sambutan dan memberikan apresiasi kepada Komunitas Pencinta Haiku yang peduli turut serta melestarikan budaya Betawi ini.
Pada akhir sambutannya, Daoed berharap Komunitas Haiku dapat terus turut serta dalam mengangkat dan melestarikan budaya Betawi, “Kalau bukan kite, siape lagi,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ketua panitia, Rm Robert William, memberikan cendera mata Haiga kepada Daoed.
Nantinya, komunitas ini akan mengadakan pergelaran di PBB (Perkampungan Budaya Betawi) Setu Babakan secara berkala enam bulanan atau tahunan.
”Kami bangga bisa bergabung di komunitas Haiku yang beranggotakan orang-orang yang bersemangat berkarya untuk mengangkat dan melestarikan budaya Betawi,” ucap Eddy Supriady, penasihat panitia pelaksana, seusai pergelaran berlangsung.
ANTARA