“Untuk satu pasang indukan kami jual Rp 3,5 juta, itu yang sudah siap berkembang biak atau bertelur,” kata Bambang Sri Susilo, 41 tahun, salah satu penangkar burung jalak uren di Dusun Sendanglebak, Krakitan, Bayat Klaten, Jawa Tengah, Kamis (16/9).
Ia menjelaskan, di Klaten terdapat 150 penangkar burung ocehan tersebut yang tergabung dalam Asosiasi Jalur Sukses Klaten. Khusus di Dusun Sendanglebak terdapat 15 penangkar burung jalak uren yang menjadi pemasok ke pasar burung di Klaten, Solo, Jakarta, Bandung, Bali dan Yogyakarta.
Burung ocehan tersebut yang berumur satu tahun rata-rata siap dijadikan burung indukan. Dan para pedagang burung mendatangai tempat-tempat penangkaran yang tersebr di semua wilayah di Klaten.
Selain jalak uren, para penangkar juga menangkarkan jalak bali yang harganya sangat mahal, satu pasang indukan harganya mencapai Rp 8o juta. Sedangkan untuk anakan per satu ekor dijual seharga Rp 11 juta. Omzet per penangkar rata-rata Rp 100 juta. Karena itu hobi yang satu ini bisa dijadikan sumber penghidupan penduduk dusun tersebut.
Bahkan, salah satu penangkar burung adalah para pensiunan pegawai negeri dan pegawai bank. Salah satunnya adalah Sri Widodo (55) pensiunan pegawai salah satu bank di Solo.
“Untuk mengisi kegiatan pada usia pensiun, selain untuk hobi, menangkarkan burung bisa menambah in-come keluarga, apalagi saya sudah pensiun,” kata dia.
MUH SYAIFULLAH