TEMPO.CO, Denpasar - Renanthera Roselina tampak tenang menikmati seni rajah tubuh di tangan kiri dekat bahunya. Motif Mandala menjadi pilihannya untuk koleksi tato yang ke-9 di tubuhnya. Namun berbeda dari tato lain di tubuhnya, kali ini Renanthera memilih poke tattoo.
"Penasaran pengen coba, kan lagi tren, teknik tapping, poking, dan tebori," katanya di acara Bali Tattoo Expo di Gedung Bali Creative Industry Center, Denpasar, Jumat, 12 Mei 2017.
Teknik hand poking adalah proses pembuatan tato dengan cara menusuk-nusuk kulit menggunakan jarum. Semua itu dilakukan secara manual, tanpa bantuan mesin sama sekali, termasuk membuat garis sketsa.
Renanthera sengaja memilih motif Mandala dengan teknik hand poking karena tertarik dengan makna yang terkandung dari simbol tersebut. "Filosofi khas Nusantara," ujarnya.
Menurut dia, teknik hand poking tidak terlalu sakit seperti menggunakan mesin tato. "Ya, tapi lebih lama," tuturnya.
Baca Juga:
Tato itu selesai dalam waktu kisaran 5 jam dikerjakan oleh Viona Mallory. Perempuan berusia 27 tahun dari studio Altar Tattoo Bali yang berlokasi di Kerobokan itu sudah setahun melakoni kancah tato menggunakan teknik hand poking.
"Pernah mencoba pakai mesin tapi kurang puas," kata Viona.
Selain tato, Viona memiliki pekerjaan lain, yakni menjahit. Ketertarikan dia terhadap tato dimulai pada 2014. "Tahun itu saya pertama kali punya tato," tuturnya. Dari hobi menggambar ia pun mulai menjajal seni rajah tubuh. Ia biasa menggunakan 3 jarum untuk pembuatan tato teknik hand poking, yaitu jenis 3rl, 5rl, 7f. Viona mematok harga poke tattoo, Rp. 1,5 juta per-jam.
"Kerumitan tidak berpengaruh dengan harga," ujarnya.
Pada 2017 adalah kali pertama, Viona mengikuti acara Bali Tattoo Expo. "Saya ingin promosi dari acara ini," ucap perempuan berambut gimbal itu.
Bali Tattoo Expo 2017 adalah kali kedua sejak diadakan pertama kali pada tahun lalu. Penyelenggara acara Bagus Ferry mengatakan para seniman tato di Bali Tattoo Expo tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
"Secara skill menengah ke atas, jadi secara teknis tahun ini kualitas karya lebih bagus. Peserta tahun sebelumnya, sekarang juga semakin bagus," katanya.
Ia menjelaskan pada tahun ini juga hadir seniman tato dari California, Filipina, Malaysia, Denmark, Rusia, dan Australia. Seniman tato Indonesia yang berasal dari luar Bali, yaitu berasal dari Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.
Berbeda dari tahun sebelumnya, pada tahun ini, Bali Tattoo Expo bertajuk "Biggest Tattoo Event in Bali". Pada 2016, Bali Tattoo Expo diadakan tanpa tema tertentu. "Tahun lalu belum percaya diri, aku masih meraba-raba untuk selanjutnya. Kali ini tiga hari penyelenggaraan sudah paling lama, dari tahun lalu, dua hari," tuturnya.
Bali Tatoo Expo berlangsung pada 12-14 Mei 2017. Acara ini menghadirkan 88 booth yang terdiri atas stan tato studio dan non tato. "Ya rata-rata 90 persen booth tattoo," ujarnya.
BRAM SETIAWAN