Hasil penelitian yang masih hangat ini, setidaknya meruntuhkan perdebatan para dokter mengenai perlu tidaknya menjaga aktifitas seks untuk beberpa hari sebelum melakukannya lagi dengan tujuan kualitas sperma meningkat dan bisa memiliki anak. Menahan aktifitas seks itu beberapa hari itu diharapkan bisa meningkatkan peluang kehamilan.
Namun, dalam penelitian baru yang dilakukan oleh Dr David Greening di IVF Sydney –pusat pelayanan kehamilan Australia--, menyarankan pendekatan dengan cara menahan aktifitas seksual bukan langkah tepat bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
Dia mempelajari 118 laki-laki dengan rata-rata DNA sperma rusak kemudian kualitasnya bisa meningkat secara signifikan setelah mereka mengalami ejakulasi setiap hari dalam seminggu. Greening mengungkapkan penemuannya ini pada acara pertemuan bertema Embriologi dan Reproduksi Manusia Masyarakat Eropa yang digelar di Amsterdam, Selasa lalu.
Frekuensi aktifitas seksual yang sering akan menurunkan volume air mani, tapi bagi kebanyakan laki-laki itu tidak masalah. “Sepertinya aman untuk menyimpulkan bahwa pasangan yang air maninya secara parameter relatif biasa harus berhubungan seks setiap hari dalam satu minggu sebelum tanggal ovulasi (masa subur)," papar Greening, dalam sebuah pernyataannya. "Dalam konteks membantu reproduksi, perlakuan sederhana ini membantu meningkatkan kualitas sperma dan akhirnya mencapai kehamilan."
Greening mengatakan, dengan cara mengurangi frekuensi ejakulasi untuk meningkatkan kualitas sperma justru berpotensi rusaknya molekul yang biasa disebut spesies reaktif oksigen di dalam saluran testis.
REUTERS| NUR HARYANTO