TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Yayasan Orang Tua Peduli (YOP), Purnamawati Sujud menyatakan, bakteri resisten atau resistensi antimikroba (antimicrobial resistance atau AMR) dalam hewan ternak dapat tersebar ke tubuh manusia. Hal itu terjadi bila manusia mengonsumsi hewan ternak yang terkena AMR.
“Akhirnya badan kita termasuki bakteri yang sudah resisten itu,” kata Purnamawati usai temu awak media di ruang rapat Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu, 8 November 2017.
Baca Juga:
Dalam situs Centers for Disease Control and Prevention, www.cdc.gov, dijelaskan bagaimana proses bakteri resisten terjadi pada hewan ternak. Proses itu dipaparkan dalam bentuk gambar berwarna.
Antibiotik dapat membunuh sebagian besar bakteri dalam tubuh hewan ternak. Namun, bakteri yang resisten terhadap antibiotik akan bertahan hidup, bahkan berkembang biak.
Bahayanya, bakteri resisten itu mengendap di tubuh hewan hingga dijadikan produk daging. Bila terkontaminasi bakteri itu akan berdampak pada kesehatan manusia hingga menyebabkan kematian. Dampak kesehatan yang dimaksud seperti terkena penyakit ringan karena virus. Selain itu, kotoran hewan AMR juga bisa mencemari lingkungan. Baca: YesDok Solusi Mudah Berkonsultasi dengan Dokter
Indonesia International Animal Science Research and Development Foundation (INIANSREDEF) 1999 melakukan sebuah survei mengenai residu atau endapan antibiotik pada susu, daging sapi, hati sapi, daging ayam, dan hati ayam dari berbagai sumber di Jawa, Bali, dan Lampung.
Hasilnya adalah produk susu, daging sapi, hati sapi, daging ayam, dan hati ayam yang mengandung antibiotik dapat ditemukan di rumah pemotongan hewan (RPH), pasar tradisional, supermarket. Dari total 200 sampel di berbagai daerah itu, 80 persen produk hewan ternak mengandung antibiotik.
Menurut Purnamawati, biasanya hewan ternak diberi antibiotik untuk menyembuhkan sakit. Namun, kadang-kadang peternak memberikan antibiotik pada hewan yang tak sedang sakit.
“Untuk mencegah supaya tidak sakit. Kenapa dicegah, karena kalau dia sakit jadi tidak gemuk,” jelasnya.
Meski begitu, Purnamawati tak bisa menjelaskan apakah penyaluran AMR ke manusia lebih besar terjadi ketika mengonsumsi hewan AMR. Sebab, belum ada kajian atau data yang bisa menjawabnya. Hanya saja, Purnamawati tidak ingin masyarakat takut mengonsumsi protein hewani seperti daging ayam. Baca: Donald Trump Hanya Ikuti 14 Akun Twitter Para Perempuan Ini
“Jadi, yang harus kita lakukan justru kita mengimbau Kementerian Pertanian bagaimana caranya supaya penggunaan antibiotik di hewan ternak dikurangi,” katanya.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Dirjen PHK Kementan) I Ketut Diarmita menyatakan, antimicrobial resistance (AMR) atau resistensi antimikroba menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat, hewan, dan lingkungan. Diarmita berujar, pemerintah sedang berupaya meningkatkan kesadaran pengusaha untuk lebih bijak menggunakan antibiotik pada hewan ternak. “Sejauh ada regulasi tapi tidak ada kesadaran pengusaha, itu tidak ada gunanya,” ujar Diarmita.