TEMPO.CO, Jakarta - Pemberitaan mengenai penangkapan sekelompok orang yang dianggap sedang melakukan pesta sex sesama jenis atau lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di daerah Cianjur, Jawa Barat cukup menjadi sorotan masyarakat. Terdiri dari lima orang, ada sebagian yang masih berada di bawah umur dan telah dipulangkan ke keluarganya karena saat penangkapan terjadi belum melakukan aktivitas apapun.
Kemudian, pemberitaan seputar nama panggilan di daerah Bandung yang menunjukkan termasuk dalam kelompok gay juga merebak. Panggilan ‘bro’ dianggap merupakan kode atau kata sandi bagi sesama penyuka jenis pada pria. Baca: 6 Tanda Anak Alami Pelecehan Seksual, Orang Tua Wajib Paham
Apakah ada makna dibalik penggunaan sandi pada bahasa yang digunakan dalam komunitas tersebut?
Psikolog Rose Mini Agoes Salim yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Terapan Ilmu Psikologi di Universitas Indonesia, menjelaskan sebagai kaum minoritas, mereka mencari cara agar dapat berkomunikasi secara nyaman di dalam lingkungannya. “Mereka kaum minoritas, yang keberadaannya tidak semua lapisan masyarakat menerima. Penggunaan kode atau sandi tersebut, ya itu salah satu cara mereka untuk merasa nyaman berkomunikasi,” kata wanita yang kerap disapa Bunda Romi ini.
Sepasang kekasih berfoto selfie saat merayakan legalisasi pernikahan sesama jenis oleh parlemen Malta di Valletta, Malta, 12 Juli 2017. Legalisasi ini untuk memenuhi janji kampanye Perdana Menteri Joseph Muscat. REUTERS/Darrin Zammit Lupi
Terkait masalah LGBT, beberapa bulan lalu Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memblokir beberapa aplikasi pesan daring yang kerap digunakan kelompok LGBT untuk berkomunikasi atau saling bertemu.
Hal ini memang harus dilakukan, Bunda Romi melanjutkan, karena jika tidak diredam mereka akan semakin berani untuk mengekspos dirinya dan masyarakat akan menerima dampaknya secara langsung. Bunda Romi mengibaratkan kaum LGBT adalah api dalam sekam. Mereka membutuhkan momen untuk bergejolak. "Gejolak ini adalah pembuktian eksistensi diri mereka. Kalau segala perilaku mereka mulai diterima dalam kehidupan masyarakat, mereka akan semakin ingin eksis. Ini yang tidak bisa,” kata Bunda Romi. Baca: 4 Pekerjaan ini Berisiko Tinggi Alami Perceraian
Dapat dilihat pada kasus ketika undang-undang di pemerintahan Australia akhirnya melegalkan pernikahan sejenis, euforia yang ditunjukkan kelompok LGBT sangat besar. Bahkan, banyak pasangan-pasangan sejenis yang saling berciuman di depan umum tanpa rasa segan atau malu.
Lalu, mengenai banyaknya video porno LGBT, baik dewasa ataupun anak, yang beredar juga cukup meresahkan masyarakat. Menurut Bunda Romi, video-video tersebut dibuat atau perjualbelikan untuk konsumsi di dalam lingkungan mereka. Walaupun pemerintah berhasil menangkap beberapa oknum atas perilaku ini, namun bagaimanapun mereka akan selalu menjadi bagian dari suatu kehidupan bermasyarakat.
Bunda Romi mengatakan banyak yang bilang, LGBT merupakan kelainan. "Menurut saya itu adalah pilihan hidup mereka. Mau bagaimanapun, mereka akan selalu ada di kehidupan masyarakat,” kata Bunda Romi.