TEMPO.CO, Jakarta - Survei yang dirilis Phillips baru-baru ini menemukan bahwa gangguan tidur akan berdampak pada kesehatan. Beberapa dampak yang dirasakan di antaranya adalah kelelahan hingga perubahan suasana hati.
Dalam rangka memperingati World Sleep Day yang jatuh setiap tanggal 16 Maret, Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA), merilis temuan dari survei global tahunannya yang berjudul Better Sleep, Better Health. A Global Look at Why We’re Still Falling Short on Sleep.
Baca juga:
4 Jurus Anti Kerutan di Kulit Wajah, Ada Jeruk Nipis
Momen Romantis Tak Perlu Rekayasa, Intip Pasangan yang Satu Ini
Survei yang dilakukan secara online pada Februari 2018 oleh Harris Poll atas nama Philips ini, mengulas kebiasaan tidur lebih dari 15.000 orang dewasa di 13 negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Polandia, Prancis, India, China, Australia, Kolombia, Argentina, Meksiko, Brasil dan Jepang.
Diperkirakan lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia menderita sleep apnea.
Ilustrasi pria sulit tidur. shutterstock.com
Sebanyak 80 persen di antaranya tetap tidak terdiagnosa, dan secara global 30 persen partisipan mengalami kesulitan untuk memulai tidur.
Tidur yang baik sangat penting bagi kesehatan, tetapi hanya sepertiga dari orang dengan gangguan tidur yang mencari bantuan tenaga kesehatan profesional. Melalui kolaborasi dengan Richter dan survei tahunannya, Philips ingin menekankan pentingnya tidur berkualitas bagi setiap orang di seluruh dunia.
David White, Chief Medical Officer, Philips Sleep & Respiratory Care mengatakan tidur adalah landasan gaya hidup sehat. Kualitas dan durasi tidur setiap malam adalah variabel paling penting yang memengaruhi perasaan seseorang pada hari berikutnya.
"Jadi, tidur yang tidak memadai bisa berdampak langsung pada kesehatan kita, tidak seperti olahraga atau diet. Survei ini menunjukkan bahwa walaupun mengetahui bahwa tidur itu penting untuk kesehatan secara keseluruhan, banyak orang masih belum memprioritaskannya,” ujarnya seperti dikutip dari siarn pers hari ini Sabtu 17 Maret 2018.
Baca: Roy Kiyoshi : Paranormal yang Takut Melihat Masa Depan
Survei tersebut menemukan bahwa mayoritas orang dewasa secara global atau 67 persen menganggap bahwa tidur berdampak penting bagi keseluruhan kesehatan mereka.
Setelah tidur malam yang tidak berkualitas, mereka merasa lelah (46 persen), murung atau mudah marah (41 persen), tidak termotivasi (39 persen), dan mengalami kesulitan berkonsentrasi (39 persen).
Selain itu, enam atau lebih dari 10 orang dewasa (61 persen) di dunia memiliki beberapa jenis masalah medis yang memengaruhi tidur mereka. Sekitar seperempat orang dewasa melaporkan insomnia (26 persen) dan satu dari 5 orang mendengkur (21 persen).
Hal tersebut diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan menjaga kebiasaan tidur yang baik. Dalam survei tersebut hanya ada sekitar 29 persen responden yang merasa menyesal tidak menjaga kebiasaan tidur yang baik.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan keinginan mereka untuk berolahraga secara rutin, yakni 3-4 kali dalam sepekan sebanyak 49 persen dan menjaga makan sehat sebanyak 42 persen.
Faktor kecemasan membuat lebih dari setengah orang dewasa di dunia tidak tidur di malam hari dalam 3 bulan terakhir (58 persen). Kesulitan tidur tersebut juga dakibatkan oleh kebiasaan menggunakan perangkat teknologi (26 persen).