TEMPO.CO, Jakarta - Masih terpatri dalam ingatan tentang depresi yang menyebabkan Jonghyun SHINee meninggal, akhir 2017 lalu.
Minggu 8 April 2017, para anggota boygroup SHINee beserta fans merayakan ulang tahun mendiang Jonghyun pada Minggu, 8 April 2018. Pada tanggal tersebut, seharusnya Jonghyun memasuki usia ke-28. Kematian Jonghyun dengan cara bunuh diri dilatarbelakangi oleh depresi yang diidapnya.
Seperti diberitakan Tempo.co, ia menulis surat sebelum bunuh diri. Ia menceritakan bahwa ia mengalami depresi dan merasa sendirian. Dia mengaku tidak mampu melawan semua perasaan yang ada dalam dirinya dan membenci dirinya sendiri karena hal itu. “Aku hancur dari dalam. Depresi yang perlahan menggerogotiku akhirnya benar-benar menelanku,” tulisnya.
Dalam suratnya, ia juga memperlihatkan kekecewaannya karena ia merasa tidak dimengerti. “Sudah ku katakan. Apakah kalian tidak mendengarkan? Hal yang bisa kalian atasi tak akan melukai hidupmu,” ungkap Jonghyun.
Baca juga:
Ini 5 Fakta Saugi Balfas, Suami Chef Aiko yang Juga Anak Motor
Heboh Miras Oplosan: Mengapa Bisa Fatal? Ini Keterangan Ahli
Halo Pria, Ini Alasan Kenapa Wanita Suka Bisnis Direct Selling
Jonghyun termasuk sebagai orang yang terbuka akan penyakit depresi yang dialaminya, khususnya pada keluarganya. Dilansir dari Mirror, ia juga pernah membagi kesedihannya lewat acara radio, Blue Night, yang dibawakannya. “Aku rasa tidak apa-apa jika kamu merasa kalah dalam kehidupan. Tidak apa-apa jika kamu tidak bisa meraih tujuanmu. Kamu bisa mendapatkan banyak hal bahkan saat kamu kalah dengan cara membuat suatu hal yang baru lewat emosi yang kamu rasakan. Kamu tidak perlu mendengar pendapat orang tentang kepuasan hidupmu sendiri,” ujarnya.
Keluarga dan teman memiliki peran yang penting dalam proses penyembuhan pasien yang mengalami depresi. Dilansir dari Psychology Today dan Web MD., berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan seorang teman saat menemani seorang rekan yang depresi.
1. Jangan mengganggu tahap pengobatan dan serahkan segalanya pada psikiater atau terapis yang mendampingi pasien. Pastikan mereka rutin menjalani pengobatan maupun mengkonsumsi obat yang dianjurkan dokter. Lalu, pantau perkembangan pasien dan pastikan Anda turut menyampaikannya pada ahli untuk mempermudah proses pengobatan. Pantau juga pengaruh obat terhadap perilaku pasien.
2. Jangan remehkan pikiran atau perkataan orang yang sedang mengalami depresi. Tambah pengetahuan Anda tentang depresi sebagai penyakit mental. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui langkah-langkah untuk menghadapi orang yang depresi. Anda bisa belajar dari internet, buku, maupun artikel.
3. Pastikan bersabar dalam menghadapi penderita depresi agar tidak menambah beban pada pikiran mereka. Jangan sampai Anda melakukan atau mengatakan sesuatu yang membuat mereka enggan berbagi cerita dengan Anda. “Banyak orang depresi yang menderita berkepanjangan karena tidak terbuka dengan orang lain,” ujar psikolog Xavier Amador dalam Pscyhology Today.
Mendampingi pasien adalah kunci penting untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit. Saat seseorang sedang sedih atau depresi , mereka butuh kehadiran orang-orang terdekat agar tidak merasa sendirian.
ANTARA | MIRROR | PSYCHOLOGY TODAY | TELEGRAPH | WEB MD | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA