TEMPO.CO, Jakarta - Sepertiga penduduk di Indonesia memiliki penyakit hipertensi. Umumnya, negara yang berkembang memiliki penyakit hipertensi yang tinggi. “Hal ini berkaitan dengan gaya hidup termasuk makanan dan perilaku sehatnya,” kata dokter spesialis penyakit dalam, Suhardjono dalam konferensi pers Hari Hipertensi Sedunia pada 16 Mei 2018 di Direktorat Jenderal Penyakit dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Jakarta. Baca: Ayah Tidak Hadir di Pernikahan, 5 Pilihan Pengantar Meghan Markle
Ia melanjutkan, ada cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui lebih dini penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya. “Supaya mencegah kita masuk ke stadium lanjut dari penyakit ini,” ucapnya.
Salah satunya, dan yang penting, menurut Suhardjono adalah mengetahui faktor-faktor penyebab hipertensi. Dengan mengetahuinya, Anda bisa mencegah tingkat risiko hipertensi itu sendiri.
Beberapa faktor yang mempengaruhi risiko hipertensi menurut Suhardjono adalah tekanan darah normal tinggi, riwayat keluarga yang memiliki hipertensi atau penyakit kardiovaskular lain, mengkonsumsi alkohol dan merokok, kelebihan berat badan. Baca: Ibadah Puasa Khawatir Maag Kambuh? Justru Puasa Sembuhkan Maag
Menurut Suhardjono, ada suatu penelitian yang mengungkapkan keterkaitan gerai-gerai makanan cepat saji dengan obesitas. Hasilnya, daerah-daerah yg dekat dengan gerai makanan, tingkat obesitas penduduknya lebih tinggi. Hal ini menjadi dampak dari modernisasi, di mana masyarakat mulai meninggalkan makanan tradisional atau yang membutuhkan proses pemasakan yang lama. “Dan akhirnya memilih makanan cepat saji, yang mengandung banyak minyak, lemak dan juga garam,” kata dokter bergelar profesor ini.
Untuk itu ia menyarankan agar Anda mengatur berat dan juga tinggi badan dengan penghitungan melalui Indeks Masa Tubuh. Hal ini baiknya rutin dilakukan agar Anda dapat memiliki dan mempertahankan berat tubuh yang ideal. Baca: Faktor Emosi Picu Serangan Jantung? Ini Kasus Ayah Meghan Markle
Tiga hal di bawah ini juga bisa menyebabkan hipertensi.
1. Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin
Suhardjono mengatakan garam adalah zat yang menyerap air dalam tubuh. Garam menyebabkan volume darah di tubuh naik yang pada akhirnya membuat tekanan darah ikut naik. Sebagian orang tertentu sensitif terhadap garam. Maka dari itu, Suhardjono menyarankan maksimal mengonsumsi garam 5 gram atau setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Selain itu, Anda juga sebaiknya memilih bahan makanan yang segar, bukan yang dikalen atau makanan olahan.
2. Malas bergerak
Individu yang kurang aktif kemungkinan memiliki risiko hipertensi sebesar 30-50 persen. “Anda cukup melakukan aktivitas fisik dengan jalan cepat,” kata Suhardjono memberikan saran langkah awal mengatasi rasa malas Anda. Lakukan gerakan tersebut secara berselang, mulai dari cepat kemudian lambat, untuk mencegah stres atau kelelahan. Baca: Ada Alumni Seperti Meghan Markle Membuat Anak Sekolah Ini Bangga
3. Faktor diet
Anda yang menjalani berbagai macam diet, seperti diet kalium, kalsium, atau mungkin magnesium. Berhati-hatilah. Mineral-mineral ini banyak sekali terdapat dalam buah atau sayur. Maka dari itu, lanjut Suhardjono, jika Anda mengurangi asupan mineral, dapat berdampak pada tekanan darah Anda. “Kekurangan asupan mineral tersebut bisa memicu tekanan darah Anda meninggi,” katanya.
Terlepas dari faktor-faktor penyebab tekanan darah tinggi, Suhardjono juga mengingatkan pentingnya rutin konsumsi obat. Bila kasus tekanan darah tinggi Anda sudah dianjurkan dokter untuk mengkonsumsi obat, ikutilah aturan tersebut. “Tekanan darah seperti per. Kalau tidak diobati, tidak ditekan, ia akan secara langsung melonjak,” kata Suhardjono menganalogikan kondisi pasien tekanan darah yang tidak konsumsi obat secara rutin. Maka dari itu, ia melanjutkan, konsumsi obat secara rutin merupakan salah satu tindak preventif untuk menjaga ‘per’ tersebut tetap stabil.