TEMPO.CO, Jakarta - Musisi sekaligus penyanyi rap Amerika Serikat Mac Miller meninggal dunia di usia 26 tahun pada Jumat, 7 September 2018, diduga karena overdosis obat-obatan, demikian dilansir PEOPLE. Penyebab pasti kematian belum ditentukan, tetapi seorang sumber mengatakan kepada PEOPLE bahwa Miller telah mengalami serangan jantung akibat overdosis obat.
Baca juga: Overdosis (Lagi) Renggut Korban, Mac Miller Meninggal di Usia 26
Mac Miller hanyalah satu dari sekian orang yang hidupnya harus berakhir karena kecanduan obat-obatan hingga overdosis. Tentu akan sangat disayangkan bila orang-orang muda berbakat seperti Miller terpaksa berhenti berkarya hanya karena kecanduan narkoba.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Kita dapat sedikit bernapas lega. Pasalnya, seperti diberitakan oleh Antara pada Selasa, 6 Februari 2018, sejumlah ilmuwan di Cina pada awal tahun ini berhasil menemukan metode baru yang memungkinkan seseorang mampu mengurangi atau menghentikan kecanduan narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba).
Satu studi telah dipublikasikan BMC Biology atas hasil penelitian selama lima tahun oleh satu tim yang dipimpin Profesor Zheng Ping dari School of Basic Medical Sciences and Institutes of Brain Science di Fudan University, Shanghai, demikian laporan dari sejumlah media di Cina.
Rapper Mac Miller meninggal di rumahnya, Jumat, 7 September 2018, pada usia 26 tahun. Wibbitz/Reuters
Saat seseorang berupaya melakukan detoksifikasi kecanduan narkoba dalam situasi tertentu, maka sangat mudah membangkitkan ingatannya akan narkoba sehingga berpotensi kecanduan lagi, demikian garis besar penemuan tersebut seperti dilansir China News Service.
"Lebih dari 95 persen pengguna narkoba kembali kecanduan setelah detoksifikasi," kata Xia Yu, psikolog yang memiliki spesialisasi rehabilitasi narkoba di Beijing, seperti dikutip Global Times.
Baca juga: Kecanduan Narkoba, Siapa yang Rentan? Kenali 10 Gejalanya
Menurut Xia Yu, seseorang kembali kecanduan narkoba karena dipicu oleh situasi lingkungan dan kondisi kejiwaannya.
Sebelumnya, seperti diberitakan oleh Antara pada 25 Januari 2012 lalu, para peneliti Australia menemukan sebuah obat guna mengobati ketergantungan akan obat-obatan dan alkohol. Obat itu dibuat dari komposisi dasar dari hormon cinta atau oxytocin.
Beberapa percobaan medis dengan hormon cinta atau oxytocin dilakukan untuk mengobati kecanduan obat-obatan. Obat yang dikembangkan dalam bentuk spray.
Pengujian awal dilakukan dalam laboratorium tikus yang mengalami kecanduan obat dan alkohol. Setelah beberapa penyuntikan hormon oxytocin pada hewan pengerat itu, minat binatang itu terhadap alkohol dan obat-obatan secara signifikan berkurang.
Para ilmuwan dari University of Sydney menjelaskan, cadangan oxytocin di dalam otak berkurang seiring adanya kecanduan alkohol dan obat-obatan. Dengan memulihkan tingkat hormon oxytocin kembali ke sistem otak agar kembali normal, maka hal itu bisa menghilangkan kecanduan narkoba yang berbahaya.
ANTARA | PEOPLE | USATODAY