TEMPO.CO, Jakarta - Sampai sekarang, masih banyak pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri. Padahal banyak penyakit yang harus segera ditangani. Pasien penyakit jantung koroner atau PJK, misalnya. Salah satu faktor pemicunya adalah minimnya pengetahuan pasien.
Baca juga: Pasien Semakin Takut Mencerna Informasi Penyakit dari Internet
Minimnya pengetahuan pasien ini mengakibatkan keterlambatan dalam penanganan. Padahal, pasien serangan jantung wajib mendapat penanganan maksimal 6 jam pascaserangan.
Hal itu diungkapkan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Bethsaida Gading Serpong, Tangerang, Dasaad Mulijono. "Setiap menit yang berlalu membuat semakin banyak jaringan otot yang kekurangan oksigen sehingga mati. Makin cepat pasien dibawa ke rumah sakit, makin banyak yang bisa dilakukan untuk membatasi kerusakan otot jantung sehingga peluang hidup pasien lebih besar," ujar Dasaad.
Dasaad mengingatkan, kemampuan dokter Tanah Air dalam menangani penyakit jantung sebenarnya tidak kalah jika dibandingkan dengan tim medis luar negeri. Sayangnya masih banyak masyarakat yang lebih suka berobat ke luar negeri dengan beberapa alasan. Dalam pengamatan Dasaad, ada banyak faktor yang membuat orang Indonesia terbang ke Singapura bahkan AS untuk berobat. Pertama, kurangnya mutu pelayanan dan pengawasan kesehatan rumah sakit Indonesia.
Baca Juga:
"Kedua, teknologi dan obat-obatan yang diyakini lebih canggih. Ketiga, kurang puas terhadap komunikasi dokter dan SDM yang menurut mereka kurang bersahabat. Keempat, ketepatan diagnosis. Pernah kejadian, dokter di Indonesia bilangnya pasien menderita TBC lalu dibawa ke rumah sakit di Singapura, baru diberi antibiotik dua minggu sudah sembuh. Ternyata salah diagnosis," terang Dasaad kepada tabloidbintang.com.
Kelima, standar makanan hingga sarana hiburan di rumah sakit luar negeri menciptakan suasana yang menyenangkan selama berobat. Keenam, reputasi kelas dunia. Ketujuh, testimoni kepuasan dari banyak pihak membuat orang Indonesia makin mantap berobat ke luar negeri. Padahal, menurut Dasaad, rumah sakit di Indonesia sudah dilengkapi teknologi canggih yang terintegrasi dengan kompetensi para dokter yang berpengalaman di bidangnya.
"Saya percaya jika rumah sakit melayani pasien dengan kasih seperti layaknya keluarga sendiri, maka pasien-pasien yang selama ini berobat di luar negeri akan percaya kepada tenaga medis dalam negeri," pungkasnya.