TEMPO.CO, Jakarta - Bagi para pecandu rokok, berhenti mengonsumsinya tentu bukanlah hal yang mudah. Beberapa efek samping bisa dirasakan saat berhenti merokok, istilahnya putus nikotin. Salah satu diantaranya adalah stres dan batuk. Mengapa justru kedengarannya hal buruk terjadi saat ingin kembali ke pola hidup sehat?
Baca juga:
Buka Puasa Langsung Merokok Saat Perut Kosong, Awas Dampaknya
Menurut dokter spesialis paru dan Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto, hal tersebut sebenarnya sangat umum dirasakan. Justru, mereka yang mengalami hal tersebut harus merasa bahagia karena sistem pada tubuh tetap bergerak normal.
“Ini adalah efek putus nikotin yang paling sering dirasakan. Hal itu terjadi karena tubuh sedang berusaha untuk memperbaiki sistemnya. Orang harusnya senang kalau stres atau batuk-batuk karena kalau tidak demikian, artinya sistem sudah bobrok sekali,” katanya dalam acara yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan untuk menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia, di Jakarta pada Selasa, 28 Mei 2019.
Mengenai stres, Agus mengatakan bahwa saat melepas penggunaan rokok, nikotin yang biasanya dapat merangsang neurotransmitter yang berfungsi mengurangi stres tidak lagi bekerja. “Jadinya justru kembali normal tanpa rangsangan-rangsangan. Ini artinya ada perbaikan ke arah yang lebih positif,” katanya.
Begitu pula dengan batuk, Agus memaparkan bahwa saat berhenti merokok, silia atau bulu halus pada paru-paru akan kembali normal. Sehingga, ia dapat bekerja dan mengusir zat-zat yang dianggap dapat merusak tubuh.
“Rokok itu menyebabkan silia menjadi kaku. Kalau berhenti merokok, silianya bekerja normal lagi. Jadi efek batuk itu artinya tubuh mendapat sinyal ada sesuatu yang merusak sehingga sisa-sisa nikotin pada paru-paru pun ingin segera dikeluarkan lewat batuk,” katanya.
Sayangnya, banyak orang yang menyerah saat menghadapi kedua efek putus nikotin ini. Agus pun memberikan dorongan, semangat serta tawaran berupa opsi lain bantuan medis untuk melepas ketergantungan akan rokok.
Baca juga: Selain Berhenti Merokok, Gaya Hidup Ini Bisa Turunkan Risiko TBC
“Memang sulit mengubah kebiasaan buruk untuk menjadi baik. Harus ada proses sakitnya dan kebanyakan tidak tahan kemudian balik merokok untuk meredakan. Tapi ini berguna untuk jangka panjang seperti melawan kanker paru dan PPOK (penyakit paru obstruktif kronis,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA