TEMPO.CO, Jakarta - Siswi SMA kelas dua di British International School Jakarta, Celestine Wenardy sedang hangat diperbincangkan masyarakat. Ia berhasil menciptakan alat deteksi diabetes tanpa pengambilan darah. Karyanya itu membuatnya masuk 20 besar dan memenangkan penghargaan virgin galactic dalam ajang Google Science Fair 2019 di Amerika Serikat.
Alat pendeteksi itu berbentuk kotak dan memanfaatkan cahaya dan panas. Alat tersebut dipercaya akurat untuk mengecek kadar glukosa pada tubuh. Pasien hanya diminta untuk meletakan jari pada alat tersebut selama sepuluh detik dan hasilnya akan langsung muncul.
Keuntungan lainnya dalam alat ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan alat ini hanya Rp 450 ribu. “Untuk mengerjakan prototipe ini sekitar US 30 dollar,” katanya saat ditemui di Kantor Kementerian Kesehatan pada Senin, 26 Agustus 2019.
Bercerita mengenai awal pembuatannya, Celestine mengaku memang menyukai riset dan eksperimen. Ia bahkan mengaku bahwa lebih menyukai pekerjaan rumah berbentuk penelitian dibandingkan esai. “Dari dulu saya memang memprioritaskan riset di atas segalanya. Kalau ada pilihan kerjakan PR (pekerjaan rumah) riset atau esai, saya selalu pilih riset,” katanya.
Sehingga saat waktu luang, khususnya setelah pulang sekolah, gadis berusia 16 tahun ini akan mencoba membuat hal-hal baru, termasuk alat deteksi diabetes di laboratorium sekolah dan rumah. Tak dibantu siapapun, ide tersebut pun muncul dan langsung dijajalkan di kancah internasional. Hebatnya, ia langsung membawa kemenangan. “Kurang lebih satu tahun saya coba risetkan ini. Saya kerja sendiri dan tidak dibantu siapa-siapa. Karena Google Science Fair itu terbuka untuk semua orang, saya coba. Ternyata terpilih jadi top 20 dan bawa pulang virgin galactic itu,” katanya.