TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan di University of Nebraska-Lincoln, Amerika Serikat, mengatakan politik dapat membuat orang stres. Dalam survei yang mereka lakukan, terungkap 40 persen responden membenarkan hal itu. Bahkan satu dari lima orang mengaku sulit tidur.
Ini adalah temuan baru. Studi sebelumnya hanya berfokus pada hubungan politik dengan biaya ekonomi, seperti seberapa besar biaya yang dibutuhkan untuk mendukung kampanye atau waktu yang hilang karena harus pergi untuk memilih.
Penelitian yang dipimpin ilmuwan politik Kevin Smith dari University of Nebraska-Lincoln ini adalah yang pertama melihat secara komprehensif pada sisi fisik dan emosional. Tak hanya mereka yang terlibat langsung dalam politik, tapi juga mereka yang sekadar mengamati.
"Di Amerika Serikat, terutama selama musim pemilihan 2016, negara menjadi terpolarisasi secara politik," kata Smith. Menurut dia, biaya polarisasi untuk individu belum sepenuhnya diperhitungkan oleh para ilmuwan sosial atau peneliti kesehatan.
Karena itu, Smith mengatakan hasil penelitiannya yang telah diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, pekan lalu, mirip dengan krisis kesehatan pada masyarakat. Menurut dia, sebanyak 20 persen persahabatan rusak akibat perselisihan politik.
Yang lebih ekstrem, menurut hasil survei, sebanyak 4 persen responden menyatakan sempat terbayang untuk melakukan bunuh diri akibat situasi politik. "Itu berarti 10 juta orang dewasa di Amerika," ujarnya.
Data dikumpulkan oleh YouGov pada Maret 2017. YouGov menggunakan panel 1,8 juta orang untuk membuat sampel yang representatif. Kuesioner dilakukan dengan memakai mirroring instrument diagnostic yang digunakan oleh Alcoholics Anonymous dan Gamblers Anonymous.
Survei itu berisi 32 pertanyaan yang dibagi menjadi empat kategori: kesehatan fisik, kesehatan mental, perilaku, dan biaya sosial atau gaya hidup. Tujuannya adalah melihat bagaimana orang memandang politik sebagai sumber masalah yang mereka alami.
Hasil temuan ini adalah 11,5 persen orang melaporkan politik mempengaruhi kondisi fisik mereka; 31,8 persen merasa "gila" akibat paparan visi politik yang berbeda; 29,3 persen mengaku hilang kesabaran; 1 dari 5 orang menyatakan politik merusak persahabatan; dan 22,1 persen merasa terpengaruh oleh hasil pemilihan.
"Politik benar-benar berdampak negatif pada kehidupan banyak orang, atau setidaknya mereka berpikir politik benar-benar mempengaruhi kehidupan mereka dengan cara yang mendalam dan bermakna," kata Smith.
Menurut Smith, stres adalah kondisi psikis yang berdampak buruk bagi kesehatan. "Jika politik berpengaruh terhadap tingkat stres seseorang, tak mengherankan bila efek samping politik terhadap kondisi fisik begitu nyata," katanya.
SCIENCE DAILY | PSYCHCENTRAL | AFRILIA SURYANIS