TEMPO.CO, Jakarta - Kasus depresi, bahkan berujung bunuh diri, artis asal Korea Selatan bertambah panjang dengan tewasnya Sulli. Dokter Yonsei Bom Psychiatry Seoul Korea Selatan, Park Jong-seok, mencatat banyak selebritas yang memulai debut pada usia muda menderita depresi dan kegelisahan karena mereka harus hidup di depan publik.
"Mereka bisa rentan jika mendapat terlalu banyak perhatian. Mereka melewati masa remaja tanpa merasakan pengalaman memiliki sahabat dengan kelompok sebaya," kata Jongseok, seperti dilansir The Korea Times.
Menurut Jong-seok, para selebritas itu sering tampil di depan publik yang menyebabkan mereka kurang percaya diri, mengalami ketidakstabilan emosional, perilaku obsesif, dan ketidakmampuan untuk beradaptasi.
"Mereka merasa hampa karena tidak memiliki cukup waktu bersama keluarga dan teman-teman. Obsesi untuk berhasil dan bertahan dalam persaingan ekstrem juga dapat mengarah pada inferioritas kompleks," katanya.
Jong-seok mencontohkan kasus kematian yang terjadi pada Sulli, yang memulai karir sebagai aktor cilik pada 2005. Usia Sulli ketika itu masih 11 tahun. Kemudian, pada tahun yang sama, Sulli lulus audisi sebagai pemagang dalam agensi K-Pop SM Entertainment. Sejak itu, dia tinggal di asrama bersama para pemagang lain yang lebih tua.
Sulli. Instagram
Pada 2009, Sulli bergabung dengan grup idola f(x) saat berusia 15 tahun. Berselang lima tahun berlalu atau pada Juli 2014, Sulli mengumumkan rehat sementara berkarir dari industri musik karena diserang komentar jahat dan rumor yang tidak berdasar. Saat hiatus, dia mengalihkan fokusnya ke bidang akting serta memulai karir musik solo.
Masalah kesehatan mental tidak hanya dialami Sulli. Sebelumnya, salah satu personel grup idola K-Pop TWICE, Mina, harus menghentikan sementara karir dalam industri musik karena tekanan psikologis dan kecemasan yang ekstrem. Mina tidak bisa berpartisipasi dalam album terbaru grup karena didiagnosis menderita gangguan kecemasan.
Selain mereka, ada Taemin dari grup SHINee, yang pernah mengaku tertekan karena harus memenuhi keinginan para penggemar yang terus meningkat.
"Saya harus mengatur dir sendiri karena tidak ada privasi dalam hidup dan harus selalu berhati-hati untuk tidak mendapat masalah yang sulit. Tapi, itu sulit," kata Taemin dalam sebuah kesempatan.
Rekan Taemin di SHINee, Jonghyun, bahkan sampai meregang nyawa pada Desember 2017. Sejumlah kritik muncul dan ditujukan kepada sistem manajemen agensi SM Entertainment terkait kesehatan mental artis-artis mereka.
"SM Entertainment adalah agensi yang memperkenalkan budaya idola ke Korea pada 1990-an dan kemudian sistem itu menjadi standar untuk industri K-pop secara keseluruhan," kata seorang kritikus musik di Korea Selatan, Kang Moon.
Menurut Kang, kasus bunuh diri yang meningkat di antara para idola menjadi cambuk bagi agensi untuk membantu mencegah kasus bunuh diri dan lebih memperhatikan kesehatan mental penyanyi mereka. Jong-Seok menekankan depresi sebagian besar berasal dari kelelahan yang luar biasa dan penting untuk mendiagnosis para selebritas itu pada tahap awal sebelum menjadi lebih buruk.