Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pakar Ungkap Penyebab Depresi Para Artis Korea

Reporter

image-gnews
Kim Jonghyun, personel grup SHINee ditemukan tewas tak bernyawa di apartemennya di kawasan Cheongdamdong. Jonghyun memutuskan mengakhiri hidupnya dengan menghirup gas kriket batubara. Instagram/@kjonghyun.018
Kim Jonghyun, personel grup SHINee ditemukan tewas tak bernyawa di apartemennya di kawasan Cheongdamdong. Jonghyun memutuskan mengakhiri hidupnya dengan menghirup gas kriket batubara. Instagram/@kjonghyun.018
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus depresi, bahkan berujung bunuh diri, artis asal Korea Selatan bertambah panjang dengan tewasnya Sulli. Dokter Yonsei Bom Psychiatry Seoul Korea Selatan, Park Jong-seok, mencatat banyak selebritas yang memulai debut pada usia muda menderita depresi dan kegelisahan karena mereka harus hidup di depan publik.

"Mereka bisa rentan jika mendapat terlalu banyak perhatian. Mereka melewati masa remaja tanpa merasakan pengalaman memiliki sahabat dengan kelompok sebaya," kata Jongseok, seperti dilansir The Korea Times.

Menurut Jong-seok, para selebritas itu sering tampil di depan publik yang menyebabkan mereka kurang percaya diri, mengalami ketidakstabilan emosional, perilaku obsesif, dan ketidakmampuan untuk beradaptasi.

"Mereka merasa hampa karena tidak memiliki cukup waktu bersama keluarga dan teman-teman. Obsesi untuk berhasil dan bertahan dalam persaingan ekstrem juga dapat mengarah pada inferioritas kompleks," katanya.

Jong-seok mencontohkan kasus kematian yang terjadi pada Sulli, yang memulai karir sebagai aktor cilik pada 2005. Usia Sulli ketika itu masih 11 tahun. Kemudian, pada tahun yang sama, Sulli lulus audisi sebagai pemagang dalam agensi K-Pop SM Entertainment. Sejak itu, dia tinggal di asrama bersama para pemagang lain yang lebih tua.

Sulli. Instagram

Pada 2009, Sulli bergabung dengan grup idola f(x) saat berusia 15 tahun. Berselang lima tahun berlalu atau pada Juli 2014, Sulli mengumumkan rehat sementara berkarir dari industri musik karena diserang komentar jahat dan rumor yang tidak berdasar. Saat hiatus, dia mengalihkan fokusnya ke bidang akting serta memulai karir musik solo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masalah kesehatan mental tidak hanya dialami Sulli. Sebelumnya, salah satu personel grup idola K-Pop TWICE, Mina, harus menghentikan sementara karir dalam industri musik karena tekanan psikologis dan kecemasan yang ekstrem. Mina tidak bisa berpartisipasi dalam album terbaru grup karena didiagnosis menderita gangguan kecemasan.

Selain mereka, ada Taemin dari grup SHINee, yang pernah mengaku tertekan karena harus memenuhi keinginan para penggemar yang terus meningkat.

"Saya harus mengatur dir sendiri karena tidak ada privasi dalam hidup dan harus selalu berhati-hati untuk tidak mendapat masalah yang sulit. Tapi, itu sulit," kata Taemin dalam sebuah kesempatan.

Rekan Taemin di SHINee, Jonghyun, bahkan sampai meregang nyawa pada Desember 2017. Sejumlah kritik muncul dan ditujukan kepada sistem manajemen agensi SM Entertainment terkait kesehatan mental artis-artis mereka.

"SM Entertainment adalah agensi yang memperkenalkan budaya idola ke Korea pada 1990-an dan kemudian sistem itu menjadi standar untuk industri K-pop secara keseluruhan," kata seorang kritikus musik di Korea Selatan, Kang Moon.

Menurut Kang, kasus bunuh diri yang meningkat di antara para idola menjadi cambuk bagi agensi untuk membantu mencegah kasus bunuh diri dan lebih memperhatikan kesehatan mental penyanyi mereka. Jong-Seok menekankan depresi sebagian besar berasal dari kelelahan yang luar biasa dan penting untuk mendiagnosis para selebritas itu pada tahap awal sebelum menjadi lebih buruk.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Psikolog Sebut Gangguan Mental di Jakarta Dipicu Biaya Hidup dan Trauma

3 hari lalu

Ilustrasi pasangan merencanakan keuangan. Freepik.com/tirachardz
Psikolog Sebut Gangguan Mental di Jakarta Dipicu Biaya Hidup dan Trauma

Banyak masalah yang jadi penyebab gangguan mental paling banyak dialami di Jakarta, seperti kemacetan, biaya hidup, dan trauma pengasuhan.


PHK Semakin Masif, Ini Bahayanya Jika Pengangguran Semakin Meningkat

6 hari lalu

Ilustrasi PHK. Shutterstock
PHK Semakin Masif, Ini Bahayanya Jika Pengangguran Semakin Meningkat

Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di Indonesia membuat pengangguran semakin meningkat. Jika dibiarkan, ini bahayanya.


Makin Marak Pinjol Ilegal, Pakar Manajemen UGM Desak OJK Perketat Pengawasan

10 hari lalu

Pesan penawaran pinjaman online yang ada di gawai saat rilis kasus di kantor Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, 15 Oktober 2021. ANTARA/Sigid Kurniawan
Makin Marak Pinjol Ilegal, Pakar Manajemen UGM Desak OJK Perketat Pengawasan

Pinjol ilegal kian marak. Sepanjang 2023, lebih dari 1.600 pinjol ilegal yang dihentikan oleh Satgas PASTI dan OJK. Ini respons pakar manajemen UGM.


Tips Kurangi Risiko Depresi di Masa Tua dengan Makan Buah

12 hari lalu

Ilustrasi makan buah-buahan. Shutterstock
Tips Kurangi Risiko Depresi di Masa Tua dengan Makan Buah

Studi peneliti Singapura temukan makan buah-buahan dapat mengurangi depresi di masa tua.


Main Game, Cara Lepas Stres yang Ampuh Ala Denny Sumargo

17 hari lalu

Denny Sumargo pada peluncuran TCL X955 Max dengan ukuran 115 inci 20 Agustus 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
Main Game, Cara Lepas Stres yang Ampuh Ala Denny Sumargo

Aktor Denny Sumargo mengatakan salah satu cara melepas stres yang dia lakukan adalah dengan main game.


7 Dampak Buruk KDRT terhadap Kesehatan Mental

18 hari lalu

Ilustrasi KDRT/kekerasan domestik. Shutterstock
7 Dampak Buruk KDRT terhadap Kesehatan Mental

Masyarakat harus lebih sadar akan dampak jangka panjang dari KDRT dan berperan aktif dalam mendukung pemulihan korban serta mencegah terulangnya kekerasan di masa depan.


Perfeksionis Ingin Segala Sesuatu Berjalan Sempurna, Berikut Dampak Negatifnya

19 hari lalu

Ilustrasi bos sedang berkomunikasi dengan anggota timnya di tempat kerja. Foto: Unsplash.com/Amy Hirschi
Perfeksionis Ingin Segala Sesuatu Berjalan Sempurna, Berikut Dampak Negatifnya

Meskipun dapat memotivasi, sikap perfeksionis yang tidak terkendali juga berdampak buruk terhadap kesehatan psikologis dan hubungan sosial.


Peneliti Sebut Musik Klasik Bantu Perbaiki Suasana Hati dan Atasi Depresi

26 hari lalu

Ilustrasi perempuan mendengarkan musik. Pixabay.com/sweetlouise
Peneliti Sebut Musik Klasik Bantu Perbaiki Suasana Hati dan Atasi Depresi

Peneliti menyebut efek neurologis musik klasik mampu memperbaiki suasana hati seseorang walaupun mereka tak kenal lagunya.


Kurangi Risiko Depresi di Usia Tua dengan Perbanyak Makan Buah

26 hari lalu

Ilustrasi wanita makan buah apel. Foto: Freepik.com/lifestylememory
Kurangi Risiko Depresi di Usia Tua dengan Perbanyak Makan Buah

Orang berusia paruh baya yang makan buah lebih banyak diklaim memiliki kadar depresi lebih rendah di usia tua, kata penelitian.


Penelitian Sebut Kecemasan Tingkatkan Risiko Demensia

26 hari lalu

Ilustrasi demensia. Shutterstock
Penelitian Sebut Kecemasan Tingkatkan Risiko Demensia

Penelitian menemukan orang dengan kecemasan kronis 2,8 kali lebih berisiko mengembangkan demensia dan penderita kecemasan 3,2 kali lebih berisiko.