TEMPO.CO, Jakarta - Orang dengan riwayat hipertensi atau tekanan darah tinggi sangat rentan mengalami gagal ginjal. Ini bisa dibuktikan dari data Kementerian Kesehatan tahun 2018 yang menyebutkan bahwa sebanyak 3,8 persen dari 90 juta pasien hipertensi juga terdiagnosis ginjal kronis.
Lalu, bagaimana hubungan antara hipertensi yang akhirnya menyebabkan gagal ginjal itu? Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI), Tunggul D. Situmorang, mengatakan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah ke seluruh tubuh. Ini termasuk pembuluh darah yang menjadi menebal dan kaku, atau dalam istilah kedokterannya lebih dikenal dengan atherosclerosis.
“Kondisi ini menyebabkan suplai darah berkurang ke setiap organ, termasuk ginjal,” katanya dalam acara "Gerakan Peduli Hipertensi: Kendalikan Hipertensi, Sayangi Ginjalmu" di Jakarta pada 17 Oktober 2019.
Ilustrasi ginjal. thestatesman.com
Untuk ginjal, tekanan darah tinggi akan merusak unit penyaringan kecil atau nefron. Akibatnya, fungsi ginjal sebagai pembuang racun-racun sisa metabolisme pun akan terganggu.
“Kalau sudah ada masalah, racun dan cairan itu jadi menumpuk di ginjal. Terjadilah gagal ginjal,” katanya.
Tak heran, ia pun berpesan agar para pasien hipertensi untuk mengendalikan tekanan darahnya sampai normal. Tunggul juga mengingatkan untuk tidak menghentikan konsumsi obat-obatan hipertensi walaupun tekanan darah sudah stabil.
“Ini menjaga agar jangka panjang tidak merusak ginjal,” katanya.