TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy akan membuat program sertifikasi pranikah pada tahun 2020. Program ini merupakan surat legal untuk menikah bagi calon pasangan suami-istri setelah melakukan pelatihan selama tiga bulan.
Menurut Muhadjir, ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan seputar kesehatan alat reproduksi, jenis penyakit berbahaya yang dapat menjangkit sebuah keluarga, hingga menangani masalah stunting. Memang kini, masih minim pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Bahkan, tak jarang pasangan banyak yang melewatkan pemeriksaan medis atau premarital check-up. Padahal pemeriksaan itu berguna untuk mengenali risiko penyakit dan upaya pencegahan pasca menikah.
Baca Juga:
Melansir dari situs Times of India dan The Health Site, setidaknya ada empat pemeriksaan medis yang perlu dilakukan sebelum menikah. Apa saja?
1. Tes HIV dan penyakit menular seksual
HIV, hepatitis B dan C, gonore hingga sifilis adalah masalah kesehatan yang tak bisa disepelekan. Sebab jika tidak dikelola dengan baik, ini pun dapat menimbulkan masalah dalam pernikahan karena berhubungan dengan fertilitas alias keinginan untuk memiliki anak. Oleh karena itu, mengetahui kondisi pasangan tentang hal ini sangatlah penting. Mungkin, ini bisa menjadi pertimbangan untuk melanjutkan hubungan yang lebih serius atau pencarian perawatan medis yang memadai untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut.
2. Tes kompatibilitas golongan darah
Golongan darah harus kompatibel antara setiap pasangan yang akan menikah. Sebab, ini berguna untuk menghindari masalah selama kehamilan seperti penyakit rhesus. Ini adalah suatu kondisi dimana antibodi dalam darah wanita hamil justru menghancurkan sel-sel darah bayinya.
Wanita dengan golongan darah negatif rhesus dan menikah dengan suami positif rhesus memiliki kemungkinan ketidakcocokan rhesus. Akibatnya, janin yang tumbuh akan menghadapi kematian, bahkan keguguran intrauterin.
3. Tes kesuburan
Jika salah satu tujuan Anda menikah adalah untuk memiliki anak, maka tes kesuburan sangat penting untuk dilakukan. Sebab melalui tes kesuburan, Anda dan pasangan bisa mengetahui perkembangan sel telur dan sperma.
Namun jika Anda sayang dan tetap ingin menjalankan hubungan dengan pasangan walaupun mengalami masalah kesuburan, tes ini bisa membantu mengurangi trauma biologis, psikologis, sosial dan emosional yang tidak perlu dikaitkan dengan kemandulan sedini mungkin.
4. Tes kondisi medis genetik atau kronis
Tes yang dapat mencankup skrining untuk diabetes, tes untuk hipertensi, kanker ginjal tertentu dan tes untuk thalasemia ini penting untuk dilakukan setiap pasangan. Sebab, seluruhnya dapat diturunkan kepada calon buah hati. Jika tidak ingin hal tersebut terjadi, penanganan dan pengendalian sedini mungkin dengan hasil tes bisa dilakukan.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | TIMESOFINDIA | THEHEALTHSITE