TEMPO.CO, Jakarta - Belanja online kini menjadi pilihan masyarakat Indonesia. Apalagi pada Hari Belanja Online pada 12 Desember ini (Harbolnas 12.12) dengan segudang diskon dan penawaran menarik.
Namun, hati-hati jangan sampai kegiatan ini membuat kecanduan. Sebuah penelitian di Comprehensive Psychiatry yang diterbitkan dalam jurnal Elsevier pada November lalu menemukan sekelompok orang melaporkan gejala-gejala kecanduan belanja online (BSD). Mereka enderung berusia muda, mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih besar, dan cenderung menunjukkan keparahan gejala BSD yang lebih tinggi.
Saat ini, BSD dicirikan sebagai gangguan kontrol impuls spesifik dalam Klasifikasi Penyakit Internasional edisi revisi ke-11. Tanda-tandanya antara lain keasyikan ekstrem dan keinginan untuk berbelanja, serta dorongan yang tak tertahankan dan pencarian identitas untuk memiliki barang-barang tertentu.
Pasien BSD membeli lebih banyak barang daripada yang mereka mampu, butuhkan, atau gunakan. Hal ini untuk mengatur emosi, misalnya untuk mendapatkan kesenangan, kelegaan dari perasaan negatif. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menyebabkan masalah, misalnya perselisihan keluarga, kekacauan karena penimbunan barang yang patologis, hutang, penipuan karena pengeluaran terus-menerus sementara keuangan tidak mencukupi.
Studi sebelumnya menunjukkan, aspek-aspek tertentu di Internet untuk membeli dan belanja, seperti ketersediaan, anonimitas, aksesibilitas, dan keterjangkauan, berkontribusi pada pengembangan subtipe online BSD.