TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Merapi yang berlokasi di Jawa Tengah kembali meletus pada Selasa, 3 Maret 2020. Tidak hanya abu setinggi 6 ribu meter dari kawah saja yang dihasilkan, namun juga hujan abu tipis di beberapa tempat.
Hal ini pun berimbas pada penerbangan pesawat dari Bandara Adi Soemarmo di Solo. Melalui notice to airmen (Notam) bernomor B0614/20 NOTAMN yang dikeluarkan AirNav Indonesia, Bandara Adi Soemarmo harus berhenti beroperasi untuk beberapa waktu.
Selain menyebabkan kerugian bagi transportasi udara, gunung meletus juga bisa menciptakan berbagai masalah kesehatan. Situs The International Volcanic Health Hazard Network dan CDC.gov pun menjabarkan empat diantaranya.
Pertama dari segi pernapasan. Partikel abu yang sangat halus dapat masuk ke paru-paru ketika kita bernapas. Apabila paparan terhadap abu cukup tinggi, maka orang yang sehat akan menjadi sulit bernapas. Dalam beberapa kasus, paparan jangka panjang terhadap abu vulkanik halus juga dapat menyebabkan penyakit paru-paru kronis.
Adapun dampak lain berupa penyakit mata. Iritasi mata merupakan dampak kesehatan umum yang sering dijumpai. Hal ini terjadi karena butiran-butiran abu yang tajam dapat merusak kornea mata dan membuat mata menjadi merah. Pengguna lensa kontak diharapkan menyadari hal ini dan melepas lensa kontak mereka untuk mencegah terjadinya abrasi kornea.
Dampak ketiga akan terjadi pada kulit. Meskipun jarang ditemukan, abu vulkanik dapat menyebabkan iritasi kulit untuk sebagian orang, terutama ketika abu vulkanik tersebut bersifat asam. Hal ini ditandai dengan iritasi dan kulit yang memerah. Selain itu, infeksi bisa muncul karena garukan ke kulit.
Terakhir adalah diare dan keracunan. Khususnya hujan abu yang terjadi pada beberapa daerah, ia bisa mengakibatkan kontaminasi air bersih. Sedikit saja abu yang masuk ke dalam tandon air, ia pun dapat mengakibatkan permasalahan kelayakan air minum. Jika dikonsumsi, ini bisa menyebabkan diare atau kemungkinan keracunan.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | IVHHN | CDC