TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tahun, Hari Ginjal Sedunia diperingati pada Kamis kedua bulan Maret. Di 2020 ini jatuh pada 12 Maret.
Suhardjono, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, mengatakan Hari Ginjal Sedunia diperingati untuk menyadarkan masyarakat mengenai bahaya penyakit ginjal.
"Ginjal itu organ yang istimewa karena jika sudah rusak tidak bisa pulih. Untuk itu lebih baik mencegah sejak dini," katanya.
Data Kementerian Kesehatan RI 2018 menunjukkan di Indonesia prevalensi penyakit ginjal kronis mencapai angka 3,8 permil. Angka tersebut meningkat dari 2,0 permil di 2013, yang berarti ada 3.800 orang yang mengidap penyakit ginjal kronis dari satu juta orang.
Prevalensi penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 0,2 persen dan prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen, serta 60 persen penderita gagal ginjal tersebut harus menjalani terapi dialisis.
Pada 2016, ginjal kronis merupakan penyakit katastropik kedua terbesar setelah penyakit jantung, yang menghabiskan biaya kesehatan sebesar Rp 2,6 triliun.
"Penyakit ginjal dapat ditimbulkan oleh diabetes atau hipertensi. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ginjal adalah dengan mengendalikan kedua penyakit tersebut sebab jika kadar gula darah dan tekanan darah tidak terkontrol, maka lama-kelamaan ginjal akan rusak," ujar Suhardjono.
Jika mengalami gejala-gejala penyakit ginjal atau memiliki riwayat penyakit ginjal, pasien disarankan untuk menjalani pemeriksaan secara rutin. Lebih dini penyakit ginjal ditemukan dan mendapat penanganan sejak awal, maka peluang untuk sembuh pun juh lebih besar.