TEMPO.CO, Jakarta - Serangan jantung terjadi ketika arteri yang memasok darah dan oksigen ke jantung tersumbat. Kejadian itu sendiri tiba-tiba tetapi prosenya bertahap. Gejala serangan jantung sebagian besar berasal dari dada. Tetapi tanda-tanda juga dapat muncul di bagian lain tubuh.
Penyakit jantung koroner (PJK), penyebab utama serangan jantung, adalah suatu kondisi di mana arteri koroner atau pembuluh darah utama yang memasok jantung dengan darah tersumbat oleh endapan kolesterol. Kebanyakan orang mengaitkan serangan jantung dengan nyeri dada, tetapi ada gejala yang kurang umum diwaspadai.
Menurut British Heart Foundation (BHF), satu tanda peringatan yang kurang diketahui adalah batuk atau mengi yang berlebihan karena penumpukan cairan di paru-paru. Gejala lain yang kurang umum adalah rasa cemas yang luar biasa, mirip dengan serangan panik). Sebagaimana dijelaskan oleh BHF, nyeri dada atau ketidaknyamanan yang tiba-tiba terjadi dan tidak hilang adalah indikator utama.
"Mungkin terasa seperti tekanan, remasan, atau berat di dada," dikutip dari Express.co.uk.
Rasa sakit itu juga bisa menjalar ke lengan kiri atau kanan atau menyebar ke leher, rahang, punggung, atau perut. Penting untuk diketahui bahwa tidak semua orang mengalami nyeri dada yang parah. Ini khususnya terjadi pada banyak wanita.
"Rasa sakitnya sering ringan dan disalahartikan sebagai gangguan pencernaan," jelas situs kesehatan itu.
Faktanya, itu adalah kombinasi dari gejala yang penting dalam menentukan apakah seseorang mengalami serangan jantung dan bukan keparahan nyeri dada.
Bagaimana mencegah serangan jantung? Membuat keputusan gaya hidup sehat, seperti makan makanan yang sehat, seimbang, dan berolahraga secara teratur adalah cara pasti untuk mengurangi risiko serangan jantung. Ada juga faktor risiko yang kurang diketahui untuk diperhatikan.
Penelitian menunjukkan terlalu banyak atau kurang tidur dapat meningkatkan risiko. Sebuah studi dalam Journal of American College of Cardiology menemukan di antara orang berusia 40-69 tahun, yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki risiko 20 persen lebih tinggi mengalami serangan jantung pertama dibandingkan dengan yang tidur enam hingga 9 jam. Namun, mereka yang tidur lebih dari 9 jam memiliki risiko 34 persen lebih tinggi.
Harvard Health menjelaskan, "Stres kronis dapat meningkatkan peradangan di tubuh, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tekanan darah tinggi dan menurunkan kolesterol HDL yang baik." Kolesterol HDL menurunkan risiko penyakit jantung.