TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pemicu remaja mengalami gangguan psikososial adalah kritik orang tua yang bersifat manis di bibir namun ternyata sangat menyakiti. Menurut Psikolog Klinis, Rahajeng Ikawahyu, kritik seperti ini biasa disebut dengan komunikasi double bind.
"Jadi kalau diperhatikan, ada orang tua yang cara berbicara ke anaknya sepertinya sopan, tapi isinya berupa kritikan jadi ada yang berbeda antara isi yang disampaikan dengan cara penyampaiannya," ujar Rahajeng Ikawahyu, dalam Sosialisasi Upaya Perlindungan Anak Dengan gangguan Psikososial, yang dinisiasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan Anak (KPPPA), Rabu 14 Oktober 2020.
Komunikasi double bind ini dapat membuat seorang remaja jatuh pada situasi bingung dan tumbuh menjadi pribadi yang tidak jelas. Lebih parah lagi, komunikasi double bind dapat membuat seorang remaja tumbuh menjadi pribadi yang manipulatif. "Double bind ini sebenarnya berbahaya, tetapi sering dilakukan atas nama sopan santun dan sebagainya," ujar Rahajeng.
Bahkan seorang antropolog Inggris Gregory Bateson menyebutkan komunikasi double bind sebagai penyebab seorang remaja memiliki Schizophrenia. Ini lantaran, orang tersebut terbiasa ditempatkan pada situasi yang kontradiktif.
Bateson mencontohkan, saat seorang anak ditanggapi secara negatif oleh orang tua ketika akan menunjukkan afeksi kasih sayangnya. Orang tua tidak menanggapi afeksi tersebut melainkan malah mengkritik perilaku anak.